Hikmah di Balik Pandemi

Hikmah di Balik Pandemi

Wahyu Fatihah--

Ibu masih tertidur nyenyak.Tetes-tetes cairan impus masih mengalir pada selangnya. Pagi ini dokter spesialis rencananya akan visit.

 

“Semoga Ibu cepat sembuh” batinku.

 

Sambil menunggu Kakak yang akan menggantikan tugasku menemani ibu,  akukeluar menghirup udara pagi nan segar. Balkon rumah sakit berwarna cream dan sepetak taman dengan bunga-bunga segar yang baru disiram sangat indah dipandang mata. Udara pagi nan sejuk dan semilir lembut angincukup membuat pikiran menjadi tenang. Kubentangkan kedua tangan kesamping dan keatas secara bergantian untuk melakukan peregangan sambil menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.Tak berapa lama aku menyandarkan diri di kursi besi panjang berwarna hitam yang merada didinding balkon.

 

“Gimana keadaan ibu Dek” tiba-tiba Kakak sudah berada di dekatku sambil menyodorkan sebuah kantong plastik putih berisi kotak steroform dan sebotol air mineral.Rupanya aku ketiduran dikursi tersebut.Alhamdulillah Kakak sangat mengerti keadaanku yang sudah kelaparan.Aku memang tidak bisa meninggalkan ruang perawatan ibu, karena khawatir jika tiba-tiba ibu memerlukan bantuanku, karena kondisi ibu yang masih lemah dan dipasang selang infus.

 

“Alhamdulillah agak mendingan Kak, tadi sudah mendapatkan dua kali suntikan lewat infusnya, dan obat yang diberikan sudah diminum.Tensinya juga sudah mulai turun, tapi kolesterolnya masih tinggi. Nanti dokter kembali visit, semoga ibu cepat sembuh ya Kak”

 

“Aamiin, itu bubur ayamnya cepat dimakan sebelum dingin, kau pasti lapar kan”

 

“Kakak tau aja” jawabku sambil nyengir.

 

“ Ya udah Kakak mau ke Ibu, kau makan dimana ?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: