Hikmah di Balik Pandemi

Jumat 24-06-2022,10:22 WIB
Editor : Aditya Ramadhan

 

“Sudah sarapan ?” tanya Kakak ketika aku duduk disamping tempat tidur Ibu.

 

“Sudah Kak” Jawabku berbohong.Berbohong untuk kebaikan rasanya tidak berdosa pikirku.Kupijit-pijit tangan kanan Ibu sambil memperhatikan selang inpus yang terpasang ditangan kirinya.“Ibu … aku pulang dulu ya, belum mandi. Nanti sore aku kesini lagi, gantian dengan Kakak”

 

“Iya … hati-hati ya Nak, kalau kesini nanti jangan lupa bawakan baju Ibu untuk ganti, dan termos kecil, Ibu pengen teh anget”

 

“Ya Bu” jawabku sambil berpamitan dan menyalami Ibu.“Cepat sembuh ya Bu” lanjutku.

 

“Aamin…” jawab Ibu dan Kakak serentak

 

            Segera aku keluar kamar.Kembali ku pandangi balkon rumah sakit teringat ibu berkerudung biru tua yang tadi sedang makan bubur ayam.Ternyata dibangku balkon tersebut sudah duduk beberapa orang laki-laki dan perempuan,mungkin keluarga pasien lain, namun aku tak menemui ibu tadi.

 

“Mungkin Ibu tersebut sedang mengurus keperluan suaminya, atau sudah pulang menemui anak-anaknya  di rumah” pikirku.

 

            Tanpa sadar aku manarik napas panjang, Rasa lapar karena belum sarapan seketika hilang, berganti rasa lega menyelimuti relung hati, ada rasa bahagia yang kurasakan pagi ini.Rasa bahagia karena bisa membantu sesama, walaupun bantuan yang kuberikan sangatlah kecil dibanding permasalahan besar yang sedang dialaminya.Dalam hati aku berdoa semoga suami dan anak-anaknya cepat sembuh dan mereka bisa berkumpul kembali sebagaimana mestinya dalam rumah tangga yang bahagia.Aamiin.

Kategori :