Kerap Dianggap Sebagai Penyakit Kutukan dan Menular, Inilah Tanggapan Penderita Lupus

Kerap Dianggap Sebagai Penyakit Kutukan dan Menular, Inilah Tanggapan Penderita Lupus

Hari Lupus Sedunia-Pinterest/The Lupus Dietitian-

INFORADAR.ID - World Lupus Federation menetapkan setiap tanggal 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia. Awal mula penetapan ini sudah ada sejak tahun 2004 di Kanada setelah dibentuknya sebuah komunitas yang peduli akan penyakit Lupus. Mereka akhirnya menginisiasikan diselenggarakannya Hari Lupus Sedunia.

Awalnya penyelenggaraan ini dibuat dengan tujuan memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang penyakit lupus. Setelah adanya peringatan tersebut, banyak masyarakat yang semakin mengenal dan menjadikan peringatan itu sering digelar. Peringatan itu akhirnya mendorong 13 negara lain untuk turut serta dalam penyelenggaraan Hari Lupus Sedunia

Peringatan hari lupus ini kemudian disimbolkan dengan warna ungu yang memiliki makna berupa ketenangan saraf dan pikiran dan penyemangat bagi para penderita lupus. Selain itu, warna ungu juga disimbolkan berupa perjuangan dalam melawan dampak buruk dari lupus. 

Dilansir dari Akun Instagram Rumah Sakit Sari Asih Serang @sariasihserang, menurut Dr. Adityansyah Irendra Nugraha Sp.PD, gejala-gejala yang timbul akibat penyakit lupus ini beragam tergantung organ mana yang diserang.

Lupus dapat menyerang organ kulit, sendi, ginjal, dan organ lainnya. Gejala yang sering timbul yaitu sensitif terhadap matahari, demam berkepanjangan, ruam merah di wajah, dan masih banyak gejala lainnya.

BACA JUGA:Mengenal Lebih Jauh Peringatan Hari Lupus Sedunia Setiap Tanggal 10 Mei

Dokter Spesialis Penyakit Dalam tersebut juga mengatakan bila terdapat gejala yang telah melibatkan 2 organ terutama pada wanita usia muda dianjurkan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. 

Sampai saat ini masih banyak mitos yang beredar tentang penyakit lupus. Banyak orang mengatakan bahwa penyakit ini merupakan penyakit kutukan dan menular sehingga stigma buruk tersebut melekat pada penderita penyakit lupus yang membuat mereka merasa didiskriminasi.

RB (23) yang merupakan salah satu penderita penyakit lupus juga merasakan hal tersebut. Namun, RB mengatakan bahwa hal tersebut telah biasa ia terima karena setiap orang memiliki pemikiran dan pendapatnya sendiri yang tidak bisa ia kendalikan.

Selain stigma negatif berupa penyakit kutukan dan menular, RB juga kerap mengalami diskriminasi atas pertanyaan yang sering ia terima, dimana ada saja yang menganggap bahwa RB pura-pura sakit. Padahal memang secara fisik sangat sulit membedakan penderita penyakit lupus dengan orang-orang sehat lainnya. 

"Karena kami sebagai pasien autoimun dan beberapa orang yang lebih mengerti penyakit ini seperti nakes, pasti paham penyakit ini bukan kutukan dan tidak menular sama sekali. Jadi, jangan takut ya jika bertemu/berteman dengan orang yang terkena autoimun," jelas RB ketika diwawancarai 10 Mei 2024.

Penyakit lupus ini timbul karena beberapa faktor yaitu dari lingkungan, hormon, genetik, dan sebagainya. RB sebagai penderita penyakit lupus mengatakan bahwa berdasarkan penjelasan dokter yang menanganinya, ia terkena autoimun karena faktor lingkungan.

Setelah menjalani pengecekan seluruh keluarganya tidak ada yg mengalami hal serupa. Faktor lingkungan yang menyebabkan RB terkena lupus karena terpapar bahan kimia. 

"Karena aku kuliah di jurusan teknik kimia, disini sering ada praktik ke pabrik kimia dan penelitian di laboratorium. Jadi, disinilah aku terpapar radiasi bahan kimia yang membuat imun tubuhku bermasalah," ucap RB. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: