Situs Banten Girang, Wisata Sejarah Banten Zaman Baheula yang Perlu Perhatian
Situs Banten Girang-twowin_nia-
Ketika arca Dwarapala ditemukan di Sungai Cibanten pada pertengahan tahun 1990-an, hal itu memberikan bukti berkaitan dengan sejarah penaklukan Banten oleh bala tentara Islam.
BACA JUGA:Rekomendasi 4 Wisata Banten Terhits yang Wajib Kamu Kunjungi di Tahun 2023
Artefak ini juga membawa maksud yang lebih luas, yakni keterhubungan antara Banten Girang dan Gunung Pulosari serta keberadaan orang Baduy yang berziarah ke sana hingga saat ini.
Dengan demikian, arca Dwarapala tersebut telah memberikan gambaran baru tentang sejarah Tanah Jawa pada masanya.
Sebagai catatan sejarah, Sungai Cibanten menjadi jalur transportasi yang menghubungkan wilayah pesisir dengan pedalaman.
Hal ini tercatat dalam Tawarikh Banten, yang menyebutkan bahwa penaklukan Banten Girang oleh tentara Islam dipimpin oleh Hasanuddin. Ki Jonggo, seorang punggawa Banten Girang, masuk Islam dan memihaknya.
Setelah penaklukan berhasil dilaksanakan, Kerajaan Banten pun berdiri dengan Hasanuddin sebagai raja pertamanya. Pusat pemerintahan yang semula terletak di Banten Girang dipindahkan ke kawasan pesisir utara Teluk Banten yaitu tempat yang kini dikenal dengan nama Banten Lama.
BACA JUGA:Tak Perlu ke Bali, Wisata Banten Punya Semuanya, Tanjung Lesung dan Semua Keindahannya
Karena adanya perbedaan pandangan antara penduduk asli dan tentara Islam, beberapa warga yang tidak mau masuk Islam akhirnya melarikan diri ke pegunungan selatan.
Wilayah pegunungan bagian selatan masih dihuni oleh keturunan masyarakat asli Banten Girang hingga saat ini dan mereka disebut suku Baduy.
Sungai Cibanten merupakan saluran penting untuk menghubungkan wilayah pesisir dengan pedalaman di masa lalu.
Hal ini tercatat dalam Tawarikh Banten dimana disebutkan bahwa penaklukannya dilaksanakan oleh Hasanuddin beserta pasukannya untuk membawa agama Islam ke wilayah tersebut. Ki Jonggo pun turut serta membuka jalan bagi agama baru itu untuk tumbuh subur di sana.
Berdirinyalah Kerajaan Banten dengan Hasanuddin sebagai rajanya dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Teluk Banten atau lebih dikenal dengan nama "Banten Lama".
Namun demikian, ada beberapa warga asli yang tidak setuju dan akhirnya melarikan diri menuju pegunungan selatannya hingga saat ini disebut suku Baduy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: kemendikbud.