Bus Lebaran Mogok di Alas Roban, Nyaris Makan di Warung Setan
Ilustrasi Foto Pixabay--
Pikir Biyan, ibu-ibu itu akan menyerahkan pekerjaannya mencuci piring kepada remaja laki-laki itu. Lalu, menyiapkan makanan sesuai pesanannya dan Pak Wawan.
Sepuluh menit menunggu, makanan belum datang. Lima belas menit menunggu, makanan belum juga disajikan.
Biyan mulai tak sabar. Dia keluar dari dalam warung. Dari jarak yang cukup jauh, dia melihat, awak bus masih sibuk memperbaiki mesin.
Biyan kembali masuk ke dalam warung. Duduk di samping Pak Wawan. Di bangku depan etalase makanan yang kosong.
Tiga puluh menit berlalu. Makanan yang dipesan belum juga diantar.
Biyan beranjak dari duduknya. Dia hendak menanyakan pesanannya.
Di dapur warung, Biyan tidak melihat ibu itu sibuk menyiapkan makanan. Ibu itu hanya berdiri. Wajahnya menghadap ke tembok.
Di samping ibu itu, remaja laki-laki yang sebelumnya berpapasan dengan Biyan juga berdiri. Ikut mematung. Menghadap ke tembok.
“Bu, kok dereng didamel? Sampun luwe niki (Bu, kok belum dibuat? Sudah lapar nih),” tanya Biyan.
Ibu itu meraih rambutnya yang terurai di belakang. Menarik rambutnya ke samping kanan leher. Lalu, mengelus-elus rambutnya.
“Pengen mangan, Mas? (Pengen makan, Mas?)” tanya ibu itu. Kepalanya digoyangkan pelan. Ke kanan dan kiri.
“Inggih, Bu (Iya, Bu),” jawab Biyan.
Wanita ini membalikkan badannya. Menatap Biyan. Matanya cuma 1. Sebelah kanan. Mata kirinya rusak. Hancur berdarah-darah.
Dia tidak memiliki hidung. Mulutnya lebar. Seperti robek sampai ke kuping kanan dan kiri. Dia menyeringai. Taringnya mencuat.
“Kowe pengen mangan, Mas? Bar iki digawekke (Kamu pengen makan, Mas? Habis ini dibuatkan),” katanya sambil mengelus-elus rambutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: