Obat Perkutut

Obat Perkutut

Ilustrasi Foto Pixabay--

 

Baru Yadi menoleh ke arahku sambil tetap berjalan, namun dia tak menjawab pertanyaanku. Samar-samar wajahnya terlihat pucat, pandangan matanya tak seperti biasanya. Namun tak lama dia kembali menunduk melanjutkan perjalannnya.

 

Aku heran terhadap perubahan sikapnya, namun karena letih sepulangdari perjalanan jauh aku langsung masuk dan menutup pintu. Mungkin Yadi baru pulang dari rumah temannya, dan semalaman begadang, sehingga mukanya pucat, pikirku.

 

Ketika akan rebahan, sekelebat aku melihat bayangan seseorang dibalik jendela kamar yang agak terbuka.  Pikiranku langsung menduga orang tersebut adalah Yadi yang tadi melintas di depan pagar. Namun karena letih aku tak terlalu memperdulikannya, aku tetap berbaring di ranjang dekat jendela tersebut. Namun kembali bayangan Yadi melintas di jendela.

 

“Obatnya besok aja ya Yad, Kakak sangat capek, baru nyampe. Semua masih dalam dus. Besok aja kita bongkar” kataku sekenanya sambil tiduran.

 

Namun tak lama aku duduk dipinggir ranjang. Pikiranku berubah. Kasian Yadi, mungkin dia juga capek habis jalan kaki, entah dari mana, biarlah malam ini dia menginap disini saja, nanti kukabari ibunya agar tidak khawatir lagi, pikirku.

 

“Yad … Yadi… dimana kau… ?..... Tak ada Jawaban.

 

“Yadi … Yadi……” ku ulangi memanggil namanya sambil memandang kesemua halaman PUSKESWAN, namun Yadi sudah tidak ada. Yah sudahlah, mungkin dia sudah pulang,  pikirku.sambil menutup pintu kembali.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: