Jurus Ilmu 'Ngeyel' Terlapor CS

Senin 04-08-2025,10:54 WIB
Reporter : Haidaroh
Editor : Haidaroh

Oleh Ahmad Sihabudin 

 

INFORADAR.ID - "Ngeyel" dalam bahasa gaul Indonesia berarti keras kepala, tidak mau mengalah, atau tidak mau menerima pendapat orang lain, terutama dalam percakapan atau diskusi. Orang yang "ngeyel" cenderung bersikeras pada pendapatnya sendiri dan sulit diberikan pemahaman, saran dan nasihat. Berasal dari kata dasar "eyel" yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti "tidak mau mengalah dalam berbicara".

Ciri orang ngeyel seperti para terlapor pencemaran nama baik, fitnah, dan penghasutan  yang sedang viral, mereka, selalu membantah, mempertahankan pendapatnya mati-matian, dan sulit menerima saran atau masukan dari orang lain.

Menyimak Pembicaraan Teddy Gusnaidi, dan Deolipa Yumara dalam sebuah channel youtube, “mereka” (terlapor)  sekarang ini pakai ilmu ngotot, ngeyel pokoknya prinsipnya bicara ngotot, dianalogikan dalam obrolan tersebut; “mereka, di tawari buah rambutan, mas rambutan mas, yang bersangkutan jawab mana rambutannya, itukan buah mangga, ini rambutan mas, itu mangga jawabnya. 

Ayo kita tanya ke penjualnya, penjual bilang itu rambutan pak?!, bukan itu mangga bang penjual, ayo kita tanya lagi ke petaninya, pak petani ini rambutan kan?, ya, itu rambutan, “mereka” bilang itu bukan rambutan, tetapu mangga, kalau gitu kita tanya ke Lembaga yang punyai laboratorium untuk mengecek ini rambutan atau mangga?! Lembaga laboratorium katakan ini rambutan betul, ini buah rambutan asli original, “mereka”  bilang tetap bukan, itu buah mangga.”

Demikian salah satu obrolan Teddy Gusnaidi, dan Deolipa Yumara  yang saya simak. Aneh juga memang “mereka”  ini. Semua pernyataan Lembaga intitusi negara yang bekerja di bawah undang-undang yang jelas, semuanya mereka bantah, menyangkal, mereka mengatakan bahwa itu adalah “buah mangga”, bukan buah rambutan.

Perilaku "ngeyel" “mereka terlapor”, bisa dipicu oleh berbagai faktor, seperti kurang percaya diri, takut kehilangan kendali, atau pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan, atau mungkin mereka sebetulnya mengerti, tahu dan paham bahwa pernyataan mereka itu berakibat hukum (pidana). 

Saya juga menyakini tindakan mereka adalah “kekonyolan”, pernyataan mereka tidak ada dasarnya untuk membantahnya. Jadi yang mereka adalah dengan cara ngeyel, terus melawan, siapa tahu tidak jadi di pidana, kalau terus ngeyel di panggung-panggung acara. Daripada diam lebih baik ngeyel dengan pernyataan yang dari awal tidak ada perubahan nilai kualitas data faktanya.

Secara umum, "ngeyel" memiliki konotasi negatif karena dapat menghambat komunikasi dan penyelesaian masalah. Harapan saya pribadi segera naikan status mereka menjadi tersangka penghinaan, fitnah, penyebaran kabar bohong, dan penghasutan, karena sudah membuat onar, gaduh negeri ini, agar segera selesai persoalannya.

Sifat ngeyel dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan ilmu, menerima kebenaran, dan pada akhirnya dapat menjauhkan diri dari rahmat Allah. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad menyebutkan ada 3 (tiga) kelompok yang terinfeksi penyakit jahil (orang bodoh) yang bisa dikaitkan dengan aktivitas tanya jawab atau diskusi.  Sebab diskusi dengan mereka akan membuang waktu, dan debat kusir yang tidak ada selesainya.

Kelompok orang tersebut antara lain; Pertama, orang jahil yang menyimpan dengki dan benci dalam hatinya. Menurut Imam al-Ghazali, ketika orang seperti ini mengajukan pertanyaan kemudian dijawab dengan baik dan benar, jawaban tersebut akan dianggap salah bahkan justru dengan jawaban itu akan menambah kebencian, kedengkian, dan permusuhan kepada orang yang menjawab pertanyaannya.

Kedua, orang jahil nan ngeyel. Dia punya setetes ilmu kemudian menyepelekan kapasitas keilmuan orang alim yang sudah menghabiskan waktunya untuk belajar dan mengaji dalam waktu yang cukup lama. Imam al-Ghazali menyebut kelompok ini dengan hamaqah (dungu).

Ketiga, jahil yang sulit diberikan penjelasan. Jawaban atau penjelasan apa pun tidak dapat diterima karena keterbatasan daya tangkap. Jahil jenis ketiga ini punya kesulitan dalam menangkap atau menerima ilmu yang disampaikan.

Tidak perlu digubris ketiga kelompok jenis ini, sebab menyampaikan ilmu atau diskusi dengan mereka hanya akan menghabiskan waktu dan energi yang bisa berujung pada debat kusir. 

Kategori :