Perkembangan dari teknologi identifikasi fingerprint yang dikombinasikan smartphone berbasis Internet of Things (IoT) sudah mulai berkembang dan dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari. Teknologi identifikasi fingerprint dan smartphone adalah salah satu sistem keamanan yang tinggi karena menggunakan sidik jari dan aplikasi yang sudah diinstal pada smartphone sebagai sistem untuk membuka pintu (M et al., 2023).
Dengan sidik jari yang berbeda satu dengan yang lainnya maka orang yang tidak terdaftar didalam sistem tersebut tidak dapat megaksesnya. Begitu juga dengan menggunakan teknologi smartphone berbasis Internet of Things (IoT) dapat mengendalikan pengunci pintu ruangan dengan sistem yang dapat di buka dan dimonitoring dari mana saja menggunakan aplikasi yang sudah diinstal pada smartphone (Saputro & Wibawanto, 2016).
Dalam penggunaan sistem keamanan pintu menggunakan sensor fingerprintdan aplikasi smartphone. Semua user yang menggunakan sistem ini akan terdaftar pada database Sehigga segala aktivitas membuka pintu akan terekam dan dapat diakses secara langsung oleh pemilik ruangan. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas menjadi alasan penulis mengambil judul Artikel “Pengembangan Sistem Keamanan Pintu Menggunakan Fingerprint Dengan Sistem Notifikasi Berbasis IoT (Internet of Things)”.
Selain keuntungan-keuntungan yang telah disebutkan diatas, Sistem Keamanan Pintu Menggunakan Fingerprint dengan Sistem Notifikasi Berbasis IoT (Internet Of Things) ini juga memiliki beberapa kekurangan, diantarnya ialah;
1. Biaya Instalasi dan Pemeliharaan yang Tinggi:
Sistem keamanan berbasis fingerprint dan IoT memerlukan perangkat keras dan lunak yang canggih. Biaya awal untuk pemasangan bisa cukup mahal, termasuk pembelian perangkat fingerprint, sensor, serta infrastruktur IoT. Selain itu, pemeliharaan rutin dan pembaruan perangkat lunak juga dapat menambah biaya yang berkelanjutan.
2. Kerentanan Terhadap Serangan Siber:
Meskipun sistem ini meningkatkan keamanan fisik, ia juga memperkenalkan kerentanan baru dalam bentuk ancaman siber. Peretas yang canggih bisa menargetkan sistem IoT untuk mendapatkan akses tidak sah atau mencuri data biometrik. Oleh karena itu, perlindungan terhadap serangan siber menjadi aspek kritis yang perlu diperhatikan.
3. Keterbatasan Dalam Kondisi Lingkungan Tertentu:
Sensor fingerprint mungkin tidak berfungsi dengan baik dalam kondisi lingkungan yang ekstrem seperti suhu yang sangat tinggi atau rendah, kelembaban tinggi, atau ketika jari pengguna kotor atau basah. Ini dapat mengakibatkan kegagalan dalam mengenali sidik jari dan menghambat akses.
4. Ketergantungan pada Koneksi Internet:
Sistem notifikasi berbasis IoT bergantung pada koneksi internet yang stabil untuk mengirimkan pemberitahuan real-time. Di daerah dengan konektivitas internet yang buruk, sistem ini mungkin tidak berfungsi dengan efektif, mengurangi keandalannya dalam memberikan peringatan dini kepada pengguna.
5. Masalah Privasi dan Keamanan Data Biometrik:
Penyimpanan dan pengelolaan data biometrik seperti sidik jari menimbulkan kekhawatiran serius mengenai privasi dan keamanan data. Jika data ini disalahgunakan atau dicuri, konsekuensinya bisa sangat merugikan bagi individu. Penting untuk memastikan bahwa data biometrik dienkripsi dengan kuat dan disimpan dengan kebijakan privasi yang ketat untuk melindungi dari potensi penyalahgunaan.
BACA JUGA:Daftar Universitas Terbaik di Banten 2024 versi Portal Pendidikan Tinggi Internasional
BACA JUGA:PPKn Beda dengan Pendidikan Pancasila, BPIP Terus Kuatkan Jaringan Melalui BTU Pendidikan Pancasila