Masa Depan Gig Economy di Indonesia: Pilihan Karier Baru Gen Z
Ilustrasi gig economy-www.pexels.com/Buro Millennial -
INFORADAR.ID - Fenomena gig economy kini menjadi tren kuat di kalangan Generasi Z (Gen Z). Di tengah kemajuan teknologi digital, pola kerja konvensional mulai bergeser ke arah yang lebih fleksibel.
Banyak anak muda memilih menjadi pekerja lepas (freelancer) yang bisa bekerja dari mana saja, tanpa harus terikat pada jam kerja kantor.
Bekerja di era gig economy memberi mereka kebebasan waktu dan lokasi. Mereka bisa menentukan sendiri jam kerja, memilih proyek sesuai minat, dan menolak pekerjaan yang tidak sejalan dengan nilai pribadi.
Abel, seorang Gen Z sebagai freelancer di bidang desain grafis dan ilustrasi, yang membagikan pengalamannya selama menekuni dunia kerja fleksibel ini.
“Gua sendiri freelance di bidang desain grafis dan ilustrator. Boleh-boleh aja sih dijadiin kerjaan utama, tapi yang paling penting itu branding. Lu harus bisa mem-branding diri sesuai passion lu,” jelasnya.
dunia freelance memiliki tantangan besar karena diisi oleh banyak profesional berpengalaman.
“Setelah gua masuk lebih dalam, ternyata saingannya orang-orang profesional semua, cuy. Tapi kalau branding lu kuat dan punya ciri khas sendiri, pasti ada aja yang bikin lu beda. Lagian, freelance juga punya potensi gede kok buat nambah uang saku, karena sekarang jenisnya udah banyak banget,” tutupnya.
BACA JUGA:Pekerja WNI Jadi Incaran Perusahaan Jepang? Ternyata Ini Penyebabnya
BACA JUGA:Program Pemutihan Pajak Kendaraan di Banten Diperpanjang hingga 31 Oktober 2025, Segera Manfaatkan
Faktor Ekonomi dan Keterbatasan Lapangan Kerja
Tingginya minat Gen Z terhadap gig economy tidak terlepas dari kondisi pasar kerja yang makin ketat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, jumlah pekerja informal di Indonesia mencapai 84 juta orang, naik sekitar 7 juta sejak 2021.
Banyak lulusan baru kesulitan mendapat pekerjaan tetap karena lapangan kerja formal terbatas.
Bahkan, beberapa pekerjaan menawarkan gaji rendah dengan jam kerja panjang dan minim jaminan. Akibatnya, banyak anak muda memilih jalur freelance sebagai alternatif yang lebih realistis.
Selain itu, masih terjadi ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan industri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
