September Hitam: Daftar Kegagalan Negara dalam Menghargai Nyawa dan Hak Asasi Manusia

September Hitam: Daftar Kegagalan Negara dalam Menghargai Nyawa dan Hak Asasi Manusia

G30S PKI -Pinterest/dailiysiacom-

Pembunuhan Munir Said Thalib pada tahun 2004 adalah bukti nyata betapa licik dan pengecutnya negara ini dalam menanggapi suara-suara yang berani menantang kekuasaan. Munir, seorang aktivis HAM yang dikenal vokal, diracun dengan arsenik dalam penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam.

Kasus ini menunjukkan bahwa bahkan di udara pun, seorang aktivis tidak aman dari tangan-tangan kotor negara. Edward Aspinall seorang ilmuwan politik menegaskan bahwa kasus Munir adalah contoh tragis dari risiko yang dihadapi oleh para aktivis HAM di Indonesia, terutama ketika mereka berhadapan dengan kepentingan negara.

Meskipun Pollycarpus seorang mantan pilot Garuda Indonesia, dihukum atas keterlibatannya, banyak yang tidak percaya bahwa dia adalah pelaku utama. Semua orang tahu bahwa di balik layar, ada kekuatan yang lebih besar yang tetap tak tersentuh.

Kematian Munir tidak hanya menghilangkan satu nyawa, tetapi juga mengirimkan pesan ketakutan kepada siapa pun yang berani melawan ketidakadilan. Sampai saat ini, kasus Munir masih menjadi simbol dari kegagalan sistem hukum di Indonesia dalam melindungi warganya dari ancaman kekuasaan yang korup.

3. Tragedi Tanjung Priok 

Tragedi Tanjung Priok pada 12 September 1984 adalah bukti bagaimana rezim Orde Baru menggunakan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaannya. Saat itu, aparat keamanan menembaki massa yang berunjuk rasa di Tanjung Priok, Jakarta Utara, menewaskan puluhan orang.

Tindakan brutal ini dilakukan untuk membungkam suara-suara yang berani menentang kebijakan pemerintah. Robert Cribb yang berprofesi sebagai wartawan mengkaji dengan jelas dan menyebut bahwa tragedi ini sebagai contoh dari bagaimana negara menggunakan kekerasan untuk menindas oposisi dan menjaga kekuasaannya.

Hingga hari ini, keadilan bagi para korban Tragedi Tanjung Priok masih menggantung tanpa kepastian. Para pelaku kekerasan ini, yang seharusnya bertanggung jawab, tetap berjalan bebas, sementara keluarga korban dibiarkan menanggung penderitaan tanpa harapan akan keadilan.

BACA JUGA:Rekomendasi 5 Tas Gunung Terbaik untuk Pendaki, yang Hobi Naik Gunung Merapat

BACA JUGA:Era baru sepakbola, Nominasi Ballon d'Or 2024 tanpa Messi dan Ronaldo

Tragedi ini mengingatkan kita bahwa ketika kekuasaan berada di tangan yang salah, itu dapat berubah menjadi senjata mematikan yang digunakan untuk menindas rakyatnya sendiri. Rezim Orde Baru bukan hanya menunjukkan arogansi kekuasaan, tetapi juga menggambarkan bagaimana negara bisa begitu tega terhadap rakyat yang justru seharusnya dilindungi.

4. Penembakan Pendeta Yeremia

Penembakan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani pada 19 September 2020 di Papua adalah cerminan nyata dari penindasan sistematis yang terus dilakukan oleh negara terhadap masyarakat Papua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: