Jugun Ianfu: Nasib Tragis Wanita di Masa Penjajahan Jepang

Komando Logistik Keuangan Angkatan Darat bertanggung jawab untuk memasok kondom ke rumah bordil.

Mereka bertanggung jawab untuk mengangkut kondom ke wilayah pendudukan Jepang dan memastikan bahwa kondom-kondom tersebut masih utuh. Pada tahun 1942, misalnya, sebanyak 32,1 juta kondom dikirim ke luar Jepang.

Jugun Ianfu di Indonesia

Di Indonesia, praktik Jugun Ianfu dimulai dengan kedatangan pasukan Jepang. Di Jawa, Ianjo-Ianjo atau rumah bordil didirikan di kota-kota penting seperti Batavia, Bandung, Ambarawa, Montiran, dan Semarang.

Selain wanita pribumi banyak perempuan Belanda yang juga tidak luput dari proses rekrutmen untuk dijadikan Jugun Ianfu.

Wanita yang menolak untuk memenuhi keinginan tentara Jepang disiksa dan keluarga mereka diancam akan dibunuh.

Pada malam pertama, para wanita ini sering dipukuli, ditendang dan diperkosa. Beberapa wanita diperkosa oleh pejabat militer senior dan pemilik rumah bordil.

Pelacuran paksa ditambahkan ke dalam daftar panjang tindakan kekerasan selama pendudukan Jepang.

Perlakuan tidak manusiawi terhadap para gadis ini menjadi trauma yang luar biasa pada saat itu. Tidak hanya itu, setengah abad kemudian, mereka membawa warisan psikologis.

Jugun Ianfu biasanya terdiri dari wanita berusia remaja hingga wanita muda dari kalangan orang lokal atau pribumi.

Salah satunya kisah dari Mardiyem, seorang penyintas Jugun Ianfu yang berasal dari Indonesia. Menceritakan awal mula dirinya menjadi Jugun Ianfu pada sebuah buku yang berjudul 'Momoye'.

Awalnya Mardiyem ditawari pekerjaan untuk menjadi penyanyi keroncong, setelah menerima pekerjaan tersebut dirinya di bawa ke Kalimantan.

Namun setelah sampai di sana, Mardiyem bukannya jadi penyanyi keroncong, dirinya malah dijadikan pemuas nafsu tentara Jepang atau Jugun Ianfu.

Cerita di atas hanya sebagian kecil dari banyaknya cerita tragis wanita Indonesia yang jadi Jugun Ianfu sebagai pemuas kebejatan tentara Jepang.

Sumber: https://www.youtube.com/@sepulangsekolah