Santet Ganas! 7 Orang Meninggal Dunia secara Mengerikan

Santet Ganas! 7 Orang Meninggal Dunia secara Mengerikan

Ilustrasi: Boneka ini bisa digunakan sebagai sarana untuk mengirimkan santet ganas.--

Kondisi wajah Wini itu membuat Agisna teringat dengan pocong di samping Nek Imah ketika masih hidup. Saat Agisna hendak mengambil foto neneknya menggunakan kamera handphone.   

Wajah pocong itu sama persis dengan wajah Wini. Setengah wajah pocong membusuk. Penuh belatung.  

Wini mati-matian berusaha mengobati wajahnya. Setiap hari, dia berdiri di depan cermin di dalam kamarnya. Dia mengoleskan salep. 

Tapi, saat Agisna melintas di depan pintu kamar Wini yang terbuka, dia tidak melihat bayangan wajah bibinya itu di cermin. Bayangan di dalam cermin adalah pocong dengan setengah wajah membusuk penuh belatung.  

Beberapa minggu kemudian, belatung di wajah bibi hilang. Anehnya, setengah kulit wajahnya yang semula membusuk itu kembali rata. Tidak membekas. 

Satu hari kemudian, keanehan lain muncul. Wini tidak lagi merasakan kakinya menapak ke tanah. Seolah, dia melayang ketika berjalan.  

Wini mengalaminya selama beberapa hari. Lalu, dia jatuh sakit. 

Dalam waktu 1 bulan, tubuh Wini habis. Tubuhnya yang semula padat berisi, berubah kurus. Wajahnya seperti tengkorak karena hanya tinggal kulit. Wini mengering. 

Wini akhirnya meninggal dunia. Jenazahnya terbaring di atas kasur dengan memakai baju warna pink.  

Fisik dan baju yang dia pakai itu sama persis dengan sosok mirip Wini yang dilihat Agisna beberapa bulan lalu. Pada malam kelahiran anak pertama Wini dari suami keempatnya di rumah sakit.  

Sosok mirip Wini yang dilihat Agisna berdiri di pintu dapur itu rupanya tanda kematian Wini. Seperti sebuah gambaran tentang kondisi Wini ketika meninggal dunia. 

Pada hari kedua kematian Wini, keluarganya bersama para tetangga kembali membacakan tahlil. Mendoakan Wini agar amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.  

Usai tahlil, seorang tetangga yang ahli spiritual tiba-tiba berbicara, “Ini mah minta satu lagi, karena mintanya tujuh”.  

Omongan ahli spiritual itu membuat Nek Ijah syok. Dia takut jika omongan itu benar-benar terjadi. Nek Ijah tidak mau dirinya atau keluarganya mati dalam keadaan mengerikan. 

Dua hari kemudian, Nek Ijah meninggalkan kampungnya. Dia membawa Aden. Pindah ke Sukabumi, Jawa Barat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: