Hikmah Pakaian Ihram, Manusia Diajak untuk Menghilangkan Sekat-sekat Sosial

Hikmah Pakaian Ihram, Manusia Diajak untuk Menghilangkan Sekat-sekat Sosial

Jemaah haji Indonesia saat menjalankan umrah wajib. -Ilustrasi foto: Dok. Kemenag-

Rafats, fusuq, jidal, dan berburu binatang di tanah haram dilarang karena aktivitas tersebut dapat memalingkan hati manusia dari perasaan sama dan setara sesama makhluk di hadapan Tuhan. 

Status kehambaan hanya dapat terwujud secara total ketika manusia mampu menundukkan ego dan kesombongannya. Indikator kesombongan manusia antara lain dapat dilihat dari pakaiannya; orang kaya berpakaian mahal, si miskin berpakaian murah. 

Pakaian ihram mengajari semua manusia tentang status kehambaan yang sejati. Manusia diajak untuk menghilangkan sekat-sekat sosial, diajari untuk mengingat hakikat kehidupan bahwa ia berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.

Saat berada di Tanah Air, seseorang dapat menyombongkan diri dengan pakaian yang dikenakannya. Tapi saat ia bertamu di rumah-Nya, kesombongan itu tak patut disemai. Ia harus ditanggalkan dan ditinggalkan. 

Ganti pakaian kesombongan itu dengan pakaian berwarna putih bersih, layaknya kain kafan, penanda kesucian dan penyerahan diri. 

Lewat ibadah haji, setiap jemaah haji hendaknya menampakkan semangat kesederhanaan, kesetaraan, dan kebersamaan di hadapan Allah.  

Sementara itu, hikmah melepas kain ihram setelah tahalul adalah gambaran akhir dari semua urusan dunia dan akan dibalas dengan surga, yakni diperbolehkannya kembali melakukan kesenangan (syahwat) yang terlarang selama ihram. Kelak, gambaran kenikmatan itu tersedia di dalam surga. *

Sumber : Diolah dari "Panduan Tuntunan Manasik Haji dan Umrah," Kementerian Agama RI, 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: