Pertolongan Pertama bagi Jemaah Haji yang Terkena Heat Stroke

Pertolongan Pertama bagi Jemaah Haji yang Terkena Heat Stroke

Tim dokter dari Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (P3JH) membantu jemaah haji di Masjid Nabawi.-Dok. Kemenag-

INFORADAR.ID - Cuaca di Arab Saudi sangat panas. Suhunya bisa mencapai 46 derajat Celcius.

Kondisi suhu seperti itu bisa menyebabkan heat stroke (sengatan panas) bagi jemaah haji. 

Mengutip buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah yang diterbitkan Kementerian Agama RI tahun 2020,
heat stroke merupakan penyakit akibat cuaca panas yang paling berat. Peningkatan suhu badan dengan cepat hingga 41 Celcius  dalam 10 sampai 15 menit dan tubuh sudah tidak dapat mengeluarkan keringat.

Heat stroke (sengatan panas) ini dapat memperberat kondisi orang yang sedang sakit dan mengganggu fungsi organ tubuh yang berujung pada  kematin.

Untuk mencegah heat stroke, pertama,  bila jemaah haji di hotel; istirahat yang cukup, berdiam di tempat yang sejuk, minum 1 (satu) gelas air (300 cc) setiap jam-jangan menunggu  haus.

Kedua, bila berada di luar hotel/ruangan; hindari terkena matahari langsung, selalu menggunakan payung/topi, semprotkan air (water spray).

Adapun gelaja terkena heat stroke antara lain: suhu badan lebih dari 39.5 derajat Celcius; kulit menjadi merah, panas, dan kering; nadi cepat dan kuat, serta sakit kepala/pusing dan muntah

Pertolongan pertama bagi jemaah haji yang terkena heat stroke, yaitu :
1. Pindahkan korban ke tempat dingin/ru angan ber-AC.
2. Longgarkan pakaian korban.
3. Siram badan korban dengan air dingin.
4. Kompres kain basah dan tempatkan air dingin dalam kantong atau es batu di leher.
5. Pasangkan kipas angin bila ada atau cukup dikipaskan.
6  Monitor suhu badan dan lanjutkan hingga turun 38.0 derajat Celcius.
7. Segera hubungi dokter untuk pertolongan lebih lanjut.

Hal lain yang juga penting diperhatikan yaitu mengantisipasi Mers-CoV.

Mers-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus) merupakan penyakit sistem pernafasan yang disebabkan oleh virus corona atau virus unta yang dapat menimbulkan kematian. Virus ini bermula dari negara-negara Timur Tengah dan kemudian menyebar ke Eropa dan mungkin saja menyebar ke kawasan lain di dunia.

Gejala awal, pasien demam, batuk, sesak nafas, dan badan lemah. Kondisi pasien dapat memburuk, sehingga menjadi infeksi saluran pernafasan akut yang berat. Secara statistik, setengah dari orang yang terinfeksi Mers-CoV meninggal dunia (half of Mers-CoV infected people have died).

Cara penularan Mers-CoV, di antaranya, pertama  langsung melalui percikan dahak (drop let) pada saat pasien batuk atau bersin. Kedua, melalui kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi dengan virus, seperti gagang pintu tangga, berjabat tangan, dan lain-lain.

Untuk mencegah penularan Mers-CoV dengan cara cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah beraktivitas. Hindari kontak langsung dengan unta. Segeralah ke dokter, apabila demam diser tai gangguan pernafasan.

Mengantisipasi heat stroke, Kementerian Agama sudah menyampaikan kepada para jemaah untuk memperhatikan kondisi kesehatannya dengan baik.

Kepala Seksi Kesehatan Haji Indonesia Muhammad Imran menganjurkan jemaah untuk memperhatikan asupan cairan dengan minum air sesering mungkin. Karena dehidrasi ini menjadi pemicu awal mereka penyakit bawaan menjadi berat.

“Kami tetap selalu ingatkan jemaah haji maupun petugas di hotel, di kloter maupun sektor, untuk selalu gunakan masker. Terutama saat keluar dari kamar untuk menjaga karena kita masih dalam situasi pandemi. Jangan lengah, jangan lalai walaupun Arab Saudi sudah longgarkan protokol kesehatan,” kata Imran di Makkah, Selasa 21 Juni 2022,  dikutip dari laman Kemenag 

Ia juga menegaskan, memakai masker penting untuk menjaga jemaah tidak sampai terinfeksi virus dan harus menjalani isolasi.

“Walaupun gejala sudah sembuh, tetap isolasi harus sampai selesai, baru boleh keluar kamar.  Nah Ini kan menghambat aktivitasnya, ini pentingnya menggunakan masker," terangnya.

Menurutnya, berdasarkan data-data pelayanan tahun sebelumnya, yang paling banyak dirawat baik di rumah sakit maupun KKHI adalah mereka yang terkena  pnemonia. 

“Nah cegah pnemonia ini mudah, pakai masker. Sebelum pandemi, kasus radang paru sangat tinggi, apalagi di masa pandemi ini, jadi tetap jemaah haji pakai masker di luar kamar, cuci tangan. Semua prokes yang di lakukan di Tanah Air tetap di lakukan saat ibadah di Tanah Suci,” terang Imran.

Kemudian yang paling penting, lanjut Imran, karena ini cuaca panas, selain minum air putih, pada saat keluar ruangan terutama waktu matahari ada pukul 9-5 sore, gunakan payung untuk menghindari sengatan matahari langsung, bawa botol semprotan air untuk dinginkan suhu permukaan kulit, dan untuk mencegah penguapan lebih banyak minum atau cegah dehidrasi.

Imran juga mengimbau jemaah untuk selalu menggunakan alas kaki.  Beberapa waktu lalu di Madinah cukup banyak kasusnya, ada sekitar 8 kasus kaki yang melepuh karena kehilangan sandal saat ibadah di masjid. 

“Kami anjurkan jemaah ketika masuk masjid,  sandalnya bawa, masukkan kantong plastik dan dibawa ke masjid. Kasus yang terjadi di Madinah itu karena mereka kehilangan sandal dan mereka mencoba nekat keluar ke toko beli sandal. Nah ini, jalan beberapa meter saja tanpa alas, kaki akan melepuh,” tandasnya.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: