Saat KKN, Delapan Mahasiswa Nyaris Jadi Tumbal Kepala Desa

Saat KKN, Delapan Mahasiswa Nyaris Jadi Tumbal Kepala Desa

Foto: Facebook Wisata Ritual Pesugihan Gunung Kawi--

Fuji dan Hari lalu kembali ke rumah. Pas sampai di rumah, mereka mendapati Fery kesurupan.   

“Sia kabeh bakalan paeh. Sia kabeh bakalan jadi tumbal ku aing (Kamu semua bakal mati. Kamu semua bakal jadi tumbal saya),” kata Fery yang kesurupan.  

Fuji melawan. “Saya bilang, yang menentukan hidup dan mati hanya Allah. Kamu cuma setan. Kita ke sini tidak mengganggu. Kenapa kamu mengganggu kita”. 

“Kabeh geus aya direncana ku si lurah. Kalian nu aya didie bakal jadi tumbal aing. Satu-satu kumangsa (Semua sudah ada direncanakan si lurah. Kalian yang ada di sini bakal jadi tumbal saya. Satu-satu akan saya mangsa)”. 

“Sia geus ngeganggu kesenangan aing. Sia nu awal ku paehan. Bakal jadi budak aing (Kamu sudah mengganggu kesenangan saya. Kamu yang pertama aku bunuh. Bakal jadi budak saya)”. 

“Tingali waktuna (Tunggu waktunya,” ancam Fery kepada Fuji.  

Fuji baru sadar, sosok yang merasuki Fery adalah Genderuwo yang mengganggu mereka selama ini. Genderuwo ini marah kepada Fuji karena gagal memerkosa Dewi. 

Dari situ pula, Fuji mengetahui rahasia di balik penempatan rumah tinggal mereka selama KKN. Lurah atau kepala desa setempat sengaja menempatkan Fuji dan para mahasiswa di rumah itu agar jadi tumbal pesugihan Genderuwo. 

Seperti si saudagar, Kepala desa juga pemuja Genderuwo. Bersekutu dengan Genderuwo untuk mendapatkan kekayaan. 

Fery baru bisa disadarkan oleh seorang kiai yang dipanggil warga pada malam hari. Sang kiai pun meminta Fuji dan para mahasiswa untuk pindah ke rumahnya.  

Di rumah sang kiai, Fuji menceritakan semua teror hantu yang terjadi di rumah itu. Sang kiai tidak memberikan tanggapan apa-apa.  

Keesokan harinya, Fuji dan para mahasiswa kembali ke rumah yang sebelumnya mereka tempati. Mereka hendak mengambil barang-barang yang belum sempat terbawa ketika pindah ke rumah sang kiai. 

Fuji yang penasaran, mendobrak pintu kamar di dapur yang selalu tertutup. Fuji ingin tahu, karena beberapa kali mendengar suara rintihan atau tangisan dari dalam kamar  itu. 

“Takutnya ada orang di dalam,” ujar Fuji. 

Di dalam kamar, cuma ada sesaji bermacam rupa. Beserta altarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: