Hidayatullah, Guru Inspiratif Dari Pedalaman yang Kini Jadi Pejabat di Dinas Pendidikan Lebak
-Tangkapan layar: ditpsd.kemdikbud.go.id-
Terlahir dari keluarga miskin dan tinggal di pedalaman, justru membuat Hidayatullah mempunyai mimpi tinggi. Ia tetap bertekad meneruskan sekolah hingga ke perguruan tinggi.
Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan dan Kebudayan Kabupaten Lebak ini, ingin membalikkan anggapan dan pemikiran orang bahwa tinggal di pedalaman itu identik dengan ketertinggalan.
Pria yang lahir di Gunung Anten, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak ini, mengubah pandangan orang. Ia ingin memberi contoh kepada mereka bahwa orang dalam itu bisa bangkit. Orang dalam pun bisa seperti orang-orang di kota.
Kata dia kuncinya adalah selalu melakukan perubahan di mana kita ditempatkan. Jangan sampai kita diam dan tidak berbuat, tapi berbuatlah sesuai dengan kemampuan kita.
Meski keadaan keluarganya serba kekurangan, Hidayatullah tetap memegang teguh impiannya yang ingin melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi. Impiannya tersebut bertahan atas tekad kuat Hidayatullah yang ingin membuktikan bahwa orang pedalaman pun bisa bangkit.
Namun, jalan yang ia tempuh berliku.
Sebagai anak pertama dari empat bersaudara, selepas SMA ia tidak langsung melanjutkan kuliah karena tidak ada biaya. Ia membantu orangtuanya bekerja serabutan selama berbulan-bulan.
Namun, Allah menunjukkan jalan hidupnya. Nasib Hidayatullah berubah pada saat ia mengikuti program beasiswa.
“Setelah lulus SMA saya nggak langsung kuliah karena nggak ada biaya. Tapi saya bekerja serabutan selama beberapa bulan. Lalu kemudian ada program beasiswa dari Kemenag melalui program bentukan Guru Model Jarak Jauh. Kemudian saya pun kuliah di Universitas 11 Maret ambil D2,” cerita Hidayatullah mengenang masa lalu.
JADI GURU DI TANAH KELAHIRANNYA
Impian Hidayat yang ingin bangkit dari kehidupan serba susah akhirnya perlahan terwujud ketika ia berhasil lulus tes CPNS dan diterima sebagai guru PNS, tidak lama setelah ia menyelesaikan pendidikan D2 pada tahun 2002.
“Saya langsung ditempatkan di tempat kelahiran saya di Desa Gunung Anten untuk mengajar di sekolah dasar. Saya mengajar dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007. Kemudian saya pindah mengajar ke SD berikuitnya di SD 1 Cimarga, Kecamatan Cimarga sampai dengan ahun 2012,” kenang Hidayatullah.
Selama lima tahun Hidayatullah terus mengabdi sebagai tenaga pengajar di sekolah yang terletak di pedalaman Rangkasbitung. Banyak kendala dan tantangan selama mengajar di desa terpencil terutama terkait infrastruktur yang sangat sulit dijangkau. Karena pada waktu itu jalan menuju desa hanya berupa tanah dan akan menjadi lumpur ketika diguyur hujan. Namun Hidayat tidak pernah mengeluh apalagi menyerah. Selain karena kewajiban yang harus dilaksanakan juga karena ia mengajar di desa tempat kelahirannya.
“Jadi tiap hari itu saya membawa motor dipasangi rantai bawah bannya karena jalan menuju sekolah saya itu sangat licin sekali. Jalannya tidak ada aspal, hanya tanah berlumpur. Selama 5 tahun saya mengajar di sana, bolak balik kota Rangkasbitung dan Desa Gunung Anten untuk mengajar. Saya tetap semangat karena yang menjadi motivasi saya pertama, daerah itu adalah tempat kelahiran saya, yang kedua tanggung jawab moril saya sebagai guru harus mengabdi, harus mencurahkan semua kemampuan saya untuk anak-anak dan saya percaya imbasnya pasti akan saya rasakan nanti,” papar laki-laki kelahiran Lebak ini dengan suara yang sedikit bergetar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: ditpsd.kemdikbud.go.id