Disway Award

Semarak Festival dan Kearifan Tradisi di Pembukaan Seren Taun Kasepuhan Cisungsang

Semarak Festival dan Kearifan Tradisi di Pembukaan Seren Taun Kasepuhan Cisungsang

Syukur panen dan lestarikan tradisi Sunda di Seren Taun Kasepuhan Cisungsang-Dok. Istimewa-

Diskusi ini dipandu oleh fasilitator Henriana Harta dan dihadiri sekitar 50 peserta, termasuk perwakilan dari Kemitraan.

Para pembicara mengemukakan pandangan mereka mengenai tantangan regenerasi budaya:

Juhendi mengungkapkan kekhawatirannya melihat anak muda di desa yang sering bingung menentukan tujuan hidup. 

BACA JUGA:31 Calon PPPK Pemprov Banten Gagal Dilantik Usai Seleksi, Apa Penyebabnya?

BACA JUGA:Gubernur Banten Kukuhkan 22 Dokter ASN, Dorong Integritas dan Layanan Publik

Ia mendirikan Aren Lab sebagai ruang belajar untuk generasi muda adat. 

“Saya berharap, Aren Lab bukan hanya sekadar tempat untuk belajar tentang nira, tetapi juga menjadi komunitas untuk belajar dan berkembang,” jelasnya.

Cassandra Cleo Berliana Inten menyoroti rasa malu yang sering dialami generasi muda ketika mengekspresikan budaya. 

“Mudah untuk dilaksanakan, tetapi sulit untuk ditiru. Misalnya, perempuan disarankan untuk menggunakan samping, tetapi banyak yang enggan karena rasa malu,” katanya.

Dr. Yoki Yusanto menekankan pentingnya pencatatan budaya. 

“Sebagian besar tradisi di Cisungsang disampaikan secara lisan. Tugas generasi muda adalah menuliskannya agar dapat menjadi bahan studi di masa yang akan datang,” tegasnya.

Dialog Budaya juga membahas tentang kebanggaan menjadi pemuda adat:

Juhendi mengakui bahwa dahulu ia ingin desanya lebih modern. 

Namun, sekarang ia menyadari bahwa tradisi seperti memasak dengan hawu (tungku) justru menjadi kekuatan yang menghubungkan masyarakat dengan alam dan leluhur.

Cassandra menambahkan, meskipun awalnya ingin mengikuti tren berpakaian modern, kini ia merasa bangga mengenakan kebaya dan samping. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: