Tak Sekadar Perayaan, Seren Taun Cisungsang 2025 Bukti Tradisi Bisa Hidup di Zaman Modern
Festival budaya Seran Tau Kesepuhan Cisungsang 2025-dok/Istimewa-
INFORADAR.ID - Rangkaian kegiatan Seren Taun Kasepuhan Cisungsang pada Selasa 23 September 2025 dimulai dengan Sarasehan Pengetahuan dan Teknologi Tradisional yang digelar di Ajeng Kasepuhan.
Kegiatan yang diprakarsai oleh Kemitraan ini menghadirkan dua narasumber, yakni Sucia Lisdamara Yulmanda Taufik dari Dewan Pemuda Adat Nusantara Region Jawa dan Juhendi, pendiri ArenLab.
Dalam sesi awal, Sucia memberikan pengantar mengenai apa yang dimaksud dengan pengetahuan dan teknologi tradisional. Ia menjelaskan secara garis besar jenis-jenis yang ada di Kasepuhan, sekaligus manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat.
Sementara itu, Juhendi membawa peserta lebih dekat pada kenyataan sehari-hari dengan menampilkan contoh nyata penerapan pengetahuan dan teknologi tradisional di Kasepuhan Cisungsang.
Antusiasme peserta mulai terlihat ketika sesi tanya jawab dibuka. Para siswa SMA, guru, hingga sesepuh kasepuhan terlibat aktif mengajukan pertanyaan. Suasana semakin hangat saat kegiatan berlanjut ke sesi diskusi kelompok.
BACA JUGA:Semarak Festival dan Kearifan Tradisi di Pembukaan Seren Taun Kasepuhan Cisungsang
BACA JUGA:Pemkot Serang Pastikan Anggaran BPJS PBI Tetap Stabil, Tidak Ada Pemangkasan
Para peserta dibagi menjadi enam kelompok kecil, dan di setiap kelompok hadir seorang sesepuh yang mendampingi sebagai narasumber.
Melalui diskusi ini, para siswa didorong untuk menggali informasi langsung dari orang tua adat mengenai pengetahuan dan teknologi tradisional yang masih hidup di tengah masyarakat.
Diskusi berlangsung hidup dan penuh semangat. Para siswa tampak aktif bertanya, mendengarkan, sekaligus mencatat penjelasan dari para sesepuh. Setelah sesi ini berakhir, masing-masing
kelompok mengirimkan perwakilannya untuk mempresentasikan hasil diskusi di hadapan peserta lain. Kegiatan kemudian ditutup dengan sesi refleksi yang memberikan kesan mendalam bagi semua pihak.
Dalam penutupannya, Sucia menyampaikan bahwa menjaga, merawat, dan melestarikan pengetahuan serta teknologi tradisional membuat kehidupan menjadi lebih baik tanpa harus merusak alam.
Ia mengingatkan bahwa tradisi bukan hanya sekadar cerita dari masa lalu, melainkan kekayaan, ciri khas, dan identitas yang akan selalu relevan dari generasi ke generasi. Sementara itu, Juhendi menambahkan bahwa masyarakat adat sejatinya bukan sekadar pelaku tradisi, melainkan “perpustakaan hidup” yang menyimpan kekayaan pengetahuan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
