Tren Pemecatan Karyawan Gen Z: Cerminan Krisis Budaya Kerja atau Kesalahan Generasi?
Ilustrasi Gen Z berkarier-Pinterest/the economis times-
“Saya baru menginjak usia 28 tahun, dan saya melihat secara langsung bagaimana sistem kerja berkembang drastis,” katanya, dalam wawancara yang dimuat The Sydney Morning Herald.
Menurut Bannister, banyak anak muda memilih untuk meninggalkan pekerjaan yang dianggap terlalu kaku dan tidak memberi ruang untuk berkembang.
“Bagi kami, kesuksesan bukan soal lembur tanpa henti. Jika pekerjaan tidak punya makna, tak memberi kendali, atau tidak menyediakan ruang tumbuh, maka kami akan memilih jalur lain,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa banyak perusahaan masih berpijak pada budaya kerja lama yang lebih menekankan presensi daripada hasil. Hal ini, menurutnya, justru menurunkan motivasi generasi muda.
Budaya manajemen yang terlalu kaku dan penuh formalitas dinilai tidak sejalan dengan karakter Gen Z.
BACA JUGA:Luna Maya Jadi Nyai Misterius di Film Gundik: Cinta Terlarang dan Teror Mistis Kolonial
BACA JUGA:Film Angkara Murka, Horor Sosial Eden Junjung Tayang di Bioskop Mulai 22 Mei 2025
Tantangan Antargenerasi di Dunia Kerja
Jacqui Gueye, direktur program di Torrens University Language Centre yang memimpin tim lintas generasi, mengakui pentingnya pendekatan baru dalam memimpin Gen Z.
“Gen Z lebih memprioritaskan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Sayangnya, hal ini sering dipersepsikan sebagai kurangnya komitmen,” katanya.
Ia juga menyoroti bahwa generasi ini lebih terbuka terhadap keberagaman kognitif dan menolak pola kerja rigid seperti duduk di meja kerja selama delapan jam penuh.
“Kalau pekerjaan bisa selesai dalam empat jam dengan kualitas yang sama, kenapa harus delapan jam?” tanyanya.
Konflik pun muncul dari ketidaksesuaian antara manajemen tradisional yang fokus pada jam kerja dan Gen Z yang lebih fokus pada hasil kerja.
Gaya komunikasi digital yang mereka gunakan cepat dan ringkas lewat aplikasi seperti Teams atau WhatsApp sering disalahartikan sebagai tidak sopan oleh generasi lebih senior.
Siapa yang Sebenarnya Harus Berubah?
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
