Istilah 'Panjang Mulud' merujuk pada dua acara penting: pertama, perayaan yang berkaitan dengan pembelian Sultan, dan kedua, peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Bentuk Panjang tidak mengikuti aturan yang baku, sehingga memungkinkan untuk berkreasi. Karena itu, bentuk Panjang bisa sangat bervariasi, seperti kapal terbang, mobil, atau perahu.
Biasanya, setiap Panjang merupakan perwakilan dari kelompok tertentu, seperti keluarga besar, RT, DKM, dan sebagainya.
Setelah Panjang selesai dibuat, langkah berikutnya adalah mengisinya dengan uang, hiasan, dan barang-barang yang bermanfaat seperti baju, perlengkapan shalat, dan lainnya (biasanya bukan makanan siap saji).
Setelah diisi, Panjang disimpan hingga hari pelaksanaan. Menjelang hari tersebut, biasanya dilakukan kegiatan saling mengirim hidangan antar tetangga.
Sehari sebelum pelaksanaan, warga mengadakan acara makan bersama dan ceramah maulid yang dimulai setelah shalat magrib. Keesokan harinya, dilaksanakan acara Panjang Mulud (Ngarak).
BACA JUGA:11 Ide Lomba Maulid Nabi 2024 di Sekolah, Islami dan Edukatif
BACA JUGA:Mau Lolos Seleksi CPNS 2024? Ini Tips Jitu Mengerjakan Soal TWK, TKP dan TIU
2. Tradisi Maudu Lampos dari Sulawesi Selatan
Salah satu tradisi unik untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW adalah tradisi Maudu Lampos yang berasal dari Sulawesi Selatan. Tradisi ini dilakukan dengan mengangkut perahu ke tengah laut.
Sebelum diarak, perahu tersebut dihias terlebih dahulu dengan kain warna-warni yang biasanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Perahu yang telah dihias ini disebut julung-julung.
Julung-julung akan diarak menyusuri sungai dan laut, dan prosesi ini akan diakhiri dengan membagikan isi julung-julung kepada semua masyarakat yang hadir.
3. Tradisi Bungo Lado asal Sumatra Barat
Tradisi unik dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama adalah tradisi Bungo Lado, yang berasal dari Sumatra Barat. Nama tradisi ini diambil dari bahasa Minang, di mana 'bungo' berarti bunga dan 'lado' berarti lada atau cabai.