Obat Perkutut

Senin 27-06-2022,13:37 WIB
Editor : Aditya Ramadhan

“Ga ada bu, memang kemarin pagi sebelum ke kebun dia kesini, katanya perlu obat untuk perkututnya” jawabku sambil memperhatikan wajah Bu Ijah yang sedikit gugup.

 

“Iya dari kamerin belum pulang, dan perkututnya sudah mati, kemana ya anak itu ?”

 

“Sudah tanya ke Mang Saliman, atau keteman-temannya Bu ?’

 

“Sudah, tapi kata Mang Saliman, Yadi belum datang kekebun dari kemarin, duh buat khawatir aja tuh anak”

 

“Waaah kemana ya…?, apa mungkin nginep di rumah temannya bu…? Biasa bu anak muda, mau pamer motor baru… he … he…”sengaja aku ajak sedikit bercanda, biar bu Ijah tidak terlalu khawatir.

 

“Tapi telponnya ga bisa dihubungi…. mati” lanjut Marni.

 

            Hp di atas meja ku ambil dan langsung menghubungi Yadi. Ternyata benar, hp Yadi mati. Beberapa kali ku ulangi menghubunginya tetap tak ada nada panggilan. Aku jadi ikut khawatir. Karena aku tahu siapa Yadi, orangnya bukan tipe anak muda yang suka nongkrong atau nginap di sembarang tempat jika tidak ada keperluan. Biasanya Yadi di kebun hanya sampai sore, dan setelah itu langsung pulang. Sedangkan yang nginap dikebun hanya Mang Saliman sebagai penjaga kebun sawit tersebut.

 

            Besok harinya, ketika membuka pintu rumah setelah pulang dari kota kabupaten, dikeremangan senja sepintas aku melihat Yadi jalan kaki sambil menunduk kearah rumahnya. Pakaiannya lusuh dan jalannya gontai.

 

Tags :
Kategori :

Terkait