Tren Viral: Mengubah Foto Menjadi Gaya Studio Ghibli dengan ChatGPT!!

Ilustrasi foto Ghibli ChatGPT-Lala -
INFORADAR.ID- Media sosial saat ini sedang ramai membahas kemampuan baru ChatGPT yang memungkinkan pengguna untuk mengedit foto menjadi ilustrasi bergaya Studio Ghibli.
Fitur ini, yang diperkenalkan dengan model GPT-4o, telah menarik perhatian banyak orang.
Baik penggemar anime maupun pengguna teknologi, dan memicu berbagai reaksi di kalangan masyarakat.
ChatGPT kini tidak hanya berfungsi sebagai asisten teks, tetapi juga sebagai alat kreatif yang dapat mengubah foto biasa menjadi gambar yang terinspirasi oleh karya-karya ikonik Studio Ghibli.
BACA JUGA:Tren Velocity di TikTok bikin Bukber Jadi Makin Seru!
BACA JUGA:6 Shio yang Diprediksi Beruntung di Akhir Bulan Maret 2025, Siap-Siap Jadi yang Paling Hoki!
Pengguna dapat mengunggah foto mereka dan meminta ChatGPT untuk mengeditnya, menghasilkan ilustrasi yang menampilkan karakter dan latar belakang yang mirip dengan film-film Ghibli.
Fitur ini memberikan kesempatan bagi pengguna untuk merasakan pengalaman visual yang unik dan personal.
Berikut ini contoh Penggunaan ChatGPT Ghibli
Salah satu contoh menarik datang dari seorang pengusaha asal Jerman, Janu Lingeswaran, yang mencoba fitur ini dengan foto kucingnya, Mali.
BACA JUGA:Fenomena War Dana Kaget Jadi Tren Seru Jelang Lebaran
BACA JUGA:Parenting VOC: Pola Asuh Otoriter yang Viral di TikTok, Efektif atau Berisiko?
Hasil editan ChatGPT membuat kucingnya tampak seperti karakter dalam film Ghibli, lengkap dengan latar belakang yang indah dan penuh warna.
Janu sangat terkesan dengan hasilnya dan berencana untuk mencetak gambar tersebut dan memajangnya di dinding rumahnya.
Cerita seperti ini semakin memperkuat daya tarik fitur baru ini di kalangan pengguna.
Namun, kemunculan tren ini tidak lepas dari kontroversi. Banyak seniman dan pengamat seni mengungkapkan kekhawatiran mengenai etika dan hak cipta.
Beberapa seniman, seperti Karla Ortiz, mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap penggunaan karya mereka tanpa izin, menganggapnya sebagai bentuk eksploitasi.
Mereka berpendapat bahwa meskipun teknologi ini menawarkan kreativitas, hal itu juga dapat merugikan para seniman yang bekerja keras untuk menciptakan karya asli.
Hingga saat ini, Studio Ghibli belum memberikan komentar resmi mengenai tren ini.
Namun, banyak penggemar berharap agar studio tersebut mengambil tindakan untuk melindungi hak cipta karya mereka.
Dengan semakin populernya fitur ini, ada kekhawatiran bahwa gaya dan elemen visual yang menjadi ciri khas Ghibli dapat disalahgunakan tanpa pengakuan yang layak.
Dari sudut pandang hukum, beberapa ahli berpendapat bahwa meskipun pelatihan AI menggunakan konten hak cipta mungkin sah, hasil yang terlalu mirip dengan karya asli dapat dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.
Ini menciptakan area abu-abu dalam hukum yang perlu diperjelas, terutama seiring dengan perkembangan teknologi AI yang semakin pesat.
Di media sosial, reaksi publik terbelah. Beberapa pengguna menganggap bahwa mengedit foto menjadi gaya Ghibli adalah hal yang sah, terutama jika tidak digunakan untuk tujuan komersial.
Mereka melihatnya sebagai bentuk ekspresi diri dan kreativitas. Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa ini merendahkan nilai seni asli yang diciptakan dengan kerja keras.
Diskusi ini menunjukkan betapa kompleksnya hubungan antara teknologi, seni, dan hak cipta di era digital saat ini.
Dengan semua dinamika ini, jelas bahwa fitur baru ChatGPT yang memungkinkan pengeditan foto ala Ghibli bukan hanya sekadar tren, tetapi juga menciptakan perdebatan yang lebih luas tentang seni, hak cipta, dan inovasi teknologi.
Media sosial saat ini sedang ramai membahas kemampuan baru ChatGPT yang memungkinkan pengguna untuk mengedit foto menjadi ilustrasi bergaya Studio Ghibli.
Fitur ini, yang diperkenalkan dengan model GPT-4o, telah menarik perhatian banyak orang, baik penggemar anime maupun pengguna teknologi, dan memicu berbagai reaksi di kalangan masyarakat.
Tren ini mencerminkan perubahan besar dalam cara kita berinteraksi dengan seni dan teknologi.
Dengan semakin banyaknya alat yang memungkinkan pengguna untuk berkreasi, tantangan baru akan muncul dalam menjaga keseimbangan antara hak cipta dan kebebasan berkreasi.
Diskusi yang sedang berlangsung ini akan menjadi penting untuk membentuk masa depan seni dan teknologi di era digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: