Gelar Diskusi Publik, Jurnalis Warga Banten Soroti Tantangan Perempuan Sebagai Wartawan

Gelar Diskusi Publik, Jurnalis Warga Banten Soroti Tantangan Perempuan Sebagai Wartawan

Festival jurnalis warga Banten-Bayu GenRB-

INFORADAR.ID - Jurnalis Warga Banten berkolaborasi dengan Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) gelar diskusi publik mengangkat tema “Tantangan Jurnalisme Saat Ini” soroti tantangan wartawan perempuan dalam ekosistem jurnalistik di Rumah Dunia, Kota Serang pada Sabtu (3/8).

Diskusi publik yang merupakan bagian dari Festival Jurnalis Warga Banten tersebut turut mengundang beberapa pembicara, diantaranya Francisca Christy Rosana, Felix Lamury, dan Yosep Suprayogi serta dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat yang ikut antusias mengikuti jalannya diskusi. 

Jurnalis Perempuan Tempo Media Group, Francisca bicara banyak soal problematika dan tantangan yang dialami oleh perempuan dalam menggiati profesi sebagai seorang jurnalis. Salah satunya adalah pelecehan seksual yang kerap kali menimpa jurnalis perempuan. 

Ironisnya, pelecehan seksual tersebut dilancarkan oleh narasumber yang merupakan sosok penting tempat dimana berbagai macam informasi dapat digali dan begitu erat hubungannya dengan kehidupan profesi sebagai seorang jurnalis. 

“Ada sebuah riset 2022 atau 2021 saya sedikit lupa, jadi ada 30% jurnalis perempuan itu mendapatkan kekerasan yang bentuknya adalah kekerasan seksual atau pelecehan seksual yang dilakukan oleh narasumbernya maupun oleh lingkungan sekitarnya” ungkapnya.

BACA JUGA:Desa Sindangsari dan Untirta Gelar Workshop Jurnalistik dan Konten Warga

Cica (sapaan Francisca) beranggapan bahwa pandangan patriarkis dan sifat genit menjadikan narasumber secara mudah melakukan pelecehan seksual baik secara verbal maupun kontak fisik terhadap jurnalis perempuan yang secara tidak langsung menempatkan wartawan perempuan sebagai objek. 

“Jadi ketika ngobrol, diajak cipika cipiki yang pada satu titik tertentu membuat kita tidak nyaman. Hal-hal seperti itu bisa membuka gerbang pelecehan seksual yang tingkatnya lebih besar lagi” sambungnya. 

Mengikuti perkembangan zaman, jurnalisme ikut beorientasi dengan digitalisasi yang terbukti menghadirkan metode-metode baru dalam penyampaian berita, salah satunya melalui platform YouTube dengan pendekatan podcast. Jurnalis Tempo tersebut juga menyampaikan keresahan dirinya pada saat mengisi podcast Bocor Alus Politik.

Bocor Alus Politik yang merupakan podcast anyar keluaran Tempo Media Group kerap kali membahas isu-isu sensitif terkait persoalan dalam dunia perpolitikan. Cica tidak jarang dihadapkan dengan kekerasan yang mengaran pada hal-hal fisik secara digital, sebagai contoh dirinya sempat diberi label “Jurnalis Nyinyir Khas Emak-Emak” oleh penonton yang dianggapnya buzzer tersebut. 

Namun, untuk mengatasi atau bahkan mengantisipasi kekerasan secara digital yang secara mental berpengaruh terhadap perempuan, Cica beranggapan pendampingan psikologis serta mengobrol dengan individu yang sudah acap kali tampil di depan layar bisa dijadikan sebagai jalan keluar.  

Tak hanya problematika dan tantangan pada saat mengolah informasi menjadi suatu produk jurnalistik, Cica juga menyoroti kehidupan perempuan dalam berkarir sebagai seorang jurnalis. Berbagai macam stereotip menjadi penyebab karir jurnalis perempuan sulit untuk berkembang. 

BACA JUGA:Pertama Kali Digelar, Pameran Foto Jurnalistik Karya Mahasiswa KPI

“Wartawan perempuan dihadapkan dengan tantangan karir stuck ketika menikah dan punya anak, dianggap tidak fleksibel untuk meliput ke lapangan dengan kondisi lapangan yang dinamis, emosi yang cenderung tidak stabil sehingga kepercayaan ruang redaksi itu kurang” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: