Mahasiswa Teknologi Pangan UNTIRTA Temukan Kemasan Antimikroba untuk Mengawetkan Sawo
Mahasiswa Untirta sedang melakukan penelitian terhadap kemasan antimikroba berupa edible film food grade. -Untirta-
INFORADAR.ID - Kelompok penelitian Carbon Quantum Dots (CQDs) Sawo Antimicrobial yang beranggotakan lima mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), berhasil menemukan kemasan antimikroba berupa edible film food grade, yang mampu mencegah kerusakan pada buah sawo.
Kelompok penelitian tersebut beranggotakan Afrin Fadilah, Nasya Awalya Zulfa, Dhiya Fathinah, Elen Heryetta Purba, dan Rizqia Arridha Haque.
Berada di bawah bimbingan Bayu Meindrawan yang dikenal selaku dosen berpengalaman dalam riset terkait edible film sebagai pelapis makanan.
Sebelumnya, kelompok penelitian mahasiswa ini telah mengikuti program seleksi kampus untuk kemudian diikutsertakan pada perlombaan Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Tahun 2024, dan berhasil memperoleh pendanaan dari Kemendikbud Ristek Dikti.
Adapun penelitian yang dilakukan terkait dengan kitosan limbah tulang ikan bandeng sebagai prekursor CQDs dan nanoselulosa batang talas beneng, yang berpotensi menjadi edible film antimikroba buah sawo.
Bermula dari kesadaran kelompok penelitian, tentang mudahnya timbul kerusakan pada buah sawo yang disebabkan oleh pertumbuhan kapang.
Disamping potensi ekspor buah sawo ke luar negeri, terdoronglah keinginan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh pemecahan masalah tersebut.
Dalam hal ini, kelompok peneliti sepakat, bahwa aplikasi edible film pada buah sawo dapat menjadi solusi yang efektif untuk memecahkan masalah kerusakan buah sawo yang disebabkan oleh kapang.
Selain itu, melihat melimpahnya hasil tangkap ikan bandeng, mendorong kelompok peneliti untuk dapat memanfaatkan limbah tulang ikan bandeng.
Usut punya usut, setelah diteliti, limbah tulang ikan bandeng dapat dimanfaatkan, dengan mengambil senyawa kitosan yang terdapat pada tulang nya, dan dijadikan sebagai Carbon Quantum Dots (CQDs), yang memiliki sifat antimikroba terhadap kapang.
Selain itu, nanoselulosa dari talas beneng, yang terkenal sebagai umbi lokal Banten, juga memiliki sifat antimikroba.
Kombinasi antara kitosan sebagai prekursor CQDs dengan nanoselulosa diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan akan kemampuannya sebagai pengawet buah sawo.
Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei hingga Juli 2024. Dimulai dari pembuatan dan karakterisasi CQDs, pembuatan dan karakterisasi nanoselulosa, pembuatan dan karakterisasi edible film CQDs kitosan terikat silang nanoselulosa, aplikasi CQDs kitosan terikat silang nanoselulosa ke buah sawo, hingga pada tahapan evaluasi kerusakan buah sawo selama penyimpanan.
Bayu Meindrawan, selaku dosen pembimbing, berharap hasil penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi khazanah ilmu di kalangan akademisi, akan tetapi, juga bagi pelaku usaha buah sawo, sehingga ekspor buah sawo Indonesia mampu bersaing di pasar mancanegara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: