Hari Waisak, Makna dan Cara Perayaannya
Ilustrasi makna hari Waisak-Pixabay-
BACA JUGA:Ingin Memperdalam Ilmu Keagamaan? Begini Caranya untuk Memperkaya Wawasan Keilmuannya
Ada beberapa tradisi umum yang sering dipraktikkan oleh umat Buddha. Umat Buddha berkumpul di biara-biara, melakukan puja, bermeditasi, dan mendengarkan khotbah para biksu.
Mereka juga mempersembahkan bunga, lilin, dan dupa kepada Sang Buddha sebagai tanda penghormatan.
Tradisi lainnya adalah memberikan uang kepada para biksu. Umat Buddha memberikan makanan, minuman, dan kebutuhan sehari-hari kepada para bhikkhu sebagai perwujudan kebajikan dan kemurahan hati.
Selain itu, beberapa umat Buddha membebaskan burung, ikan, atau hewan lain sebagai simbol pembebasan dan welas asih. Ritual ini melambangkan siklus pembebasan dari penderitaan dan kelahiran kembali.
Di banyak negara, arak-arakan lampion diadakan pada malam Hari Waisak. Lentera yang menyala melambangkan pencerahan Sang Buddha, yang menerangi jalan umat manusia.
Banyak umat Buddha terlibat dalam kegiatan sosial dan amal, seperti mengunjungi panti asuhan, memberikan sumbangan, dan membantu orang miskin. Ini mencerminkan ajaran Buddha tentang kepedulian dan kepedulian terhadap tetangga.
Hari Raya Waisak adalah perayaan penting yang memperingati kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Buddha. Dengan berbagai tradisi dan kegiatan, Waisak tidak hanya menjadi waktu untuk refleksi spiritual, tetapi juga untuk memperkuat nilai-nilai kasih sayang, kebajikan, dan kedamaian.
Perayaan Waisak ini mengingatkan umat Buddha dan kita semua akan pentingnya menjalani hidup dengan penuh kesadaran, kasih sayang, dan kebajikan. (*)
BACA JUGA:Peran Teknologi Informasi dalam Komunikasi Antaragama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: kemenag.go.id