Miris, Jutaan Uang Hilang Tidak Terhalang Karena Cyber Crime

Miris, Jutaan Uang Hilang Tidak Terhalang Karena Cyber Crime

Ilustrasi kejahatan cyber crime-pixabay-

INFORADAR.ID - Cyber Crime atau kejahatan di dunia maya sudah marak dan merajalela. Semakin canggih teknologi, semakin gigih pula para pendosa untuk memanfaatkannya.

Untuk para mahasiswa, diharapkan agar lebih berhati-hati lagi dalam menyebarkan pamflet yang di dalamnya terdapat nomor telepon. Terlebih untuk pamflet paid promote, biasanya ada beberapa oknum tak bertanggung jawab yang menipu dengan menyewa jasa para mahasiswa, untuk memasarkan atau mengunggah produknya ke sosial media. Lalu ketika ada yang tertarik dan memesan, ternyata produknya tidak pernah dikirimkan dan uang customer sudah masuk ke rekening si panjang tangan.

Salah satu kejahatan tersebut pernah dialami oleh mahasiswa Untirta, menjadi korban penipuan melalui aplikasi whatsapp. Insiden ini terjadi pada saat persiapan acara semarak bulan bahasa (SBB) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Untirta.

Pada hari Sabtu, 7 Oktober 2023, pagi itu korban yang berinisial IS mendapatkan notifikasi whatsapp dari nomor yang belum dikenalnya. Namun terdapat nickname yang sudah familiar di telinganya yaitu inisial TB. Seseorang yang mengaku TB tersebut mengirimkan beberapa pesan kepada IS, bahwa ia sedang membutuhkan pulsa, untuk mengisi paket kuota internet. TB memulai aksinya dengan meminjam pulsa kepada IS. Agar aksinya berjalan dengan lancar, ia meyakinkan IS dengan mengungkapkan kalimat yang membuat IS percaya. “Tadi nanya ke RR (teman dekat IS) suruh tanya ke kamu, katanya kamu biasa isiin pulsa”. Tanpa berpikir panjang, IS yang notabenenya memang kerap kali membantu teman-temannya, langsung membuka aplikasi shopee dan mentransfer pulsa ke TB sebesar Rp150 ribu ke nomor telepon +62 896-1575-6030.

Merasa aksinya berjalan dengan lancar dan mendapatkan mangsa yang tepat sasaran, TB kembali meminta IS untuk mengirimkan pulsa ke nomor telepon yang lain. Ia berjanji bahwa nanti ia akan membayarnya sekaligus. IS yang tidak merasa keberatan saat itu, hanya berpikir “don’t worry, kita kan sekampus, nanti bayarnya pas ketemu di kampus”. Kemudian IS kembali mentransfer pulsa sebesar Rp200 ribu ke nomor telepon +62 896-8199-6900.

Tidak sampai di situ, TB mengirimkan nomor telepon baru lagi dan meminta agar ditransferkan pulsa kembali. Tanpa ada rasa kecurigaan sedikitpun di benak IS, IS kembali mentransferkan pulsa ke nomor +62 895-8075-15010 sebesar Rp200 ribu.

Kemudian room chat whatsaap IS dipenuhi oleh bubble chat TB yang mengirimkan banyak nomor telepon agar ditransferkan pulsa. Entah angin mana yang tengah menerpa IS saat itu, IS hanya merasakan hawa positif tanpa setitik pikiran negatif. IS begitu percaya dengan dalih TB yang katanya sedang berkumpul dengan teman-temannya, lalu ia membutuhkan pulsa untuk dijadikan skin di dalam sebuah game. Karena di awal IS bisa dengan mudah mentransferkannya pulsa, jadi akhirnya TB berpikir bahwa IS juga bisa mentransferkan pulsa ke nomor telepon teman-temannya.

IS mentransferkan pulsa berkali-kali ke nomor yang berbeda dengan nominal tidak sedikit. IS dengan pikiran positif dan suasana hati yang sangat baik, tidak terbesit sedikitpun dibenaknya bahwa hari itu adalah hari yang buruk untuknya. Dalam satu hari, IS mentransferkan pulsa dengan total sebesar Rp4.150 ribu ke sembilan nomor pelaku. Nominal yang cukup besar untuk IS, semua tabungannya terkuras habis, yang tersisa hanya hatinya yang teriris.

IS baru menyadari dirinya ditipu saat malam harinya. Ia berpikir panjang di bilik renungan (toilet) dan tersadar bahwa ia dichat oleh nomor TB yang baru. “Apakah nomor TB yang lama sudah tidak aktif?” IS bergegas untuk mengirimkan pesan ke nomor TB yang dikenalnya. Setelah mendapatkan balasan dari TB dan mendapatkan jawaban, bahwa TB tidak memiliki nomor lain selain yang ia gunakan sekerang. Seketika IS seperti tersambar petir pada malam hari yang getir. Malam itu hujan semakin deras, membasahi goresan luka yang semakin meluas.  

Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa IS begitu mudahnya masuk ke da;am perangkap pelaku. Jadi, ini adalah dua alasan utama IS mengapa sangat memercayai pelaku itu: (1) Pelaku menggunakan nickname yang berinisial TB, yang di mana TB adalah kakak tingkat IS sekaligus koordinator bidang di salah satu organisasi yang diikutinya.  Sebagai anggotanya, IS mengenal TB sebagai koordinator yang baik. Jadi, saat itu IS berniat untuk membalas kebaikannya lagi; dan (2) Pelaku membawa nama RR di awal yang menjadi jembatan untuk menghubungi dan meyakinkan IS. Yang di mana, IS cukup dekat dengan RR. RR adalah teman sekelas IS serta teman satu bidang di organisasi yang sama dan IS pun pernah beberapa kali membantunya dalam  hal pinjam meminjam.

TB bukanlah inisial nama pelaku sesungguhnya, setelah mengecek nomornya di aplikasi get contact, ternyata ia sudah sangat sering menipu orang dengan dalih yang sama yaitu meminjam pulsa. Pelaku mengincar mahasiswa sebagai mangsanya, dugaan sementara menyimpulkan bahwa ia mengetahui nomor-nomor mahasiswa dari sebaran pamflet-pamflet di media sosial yang di dalamnya terdapat contact person atau narahubung.

Masalah yang dialami IS menjadi pelanajran berharga untuk terus berhati-hati. Selalu waspada di setiap latar yang sedang kita arungi, menjadi baik itu perlu tetapi jangan sampai mengorbankan dirimu. (Inayah Sidqiyatillah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: