Tak Banyak yang Mengetahui, Inilah Museum Multatuli Rangkasbitung, Lebak Banten

Tak Banyak yang Mengetahui, Inilah Museum Multatuli Rangkasbitung, Lebak Banten

museum multatuli--instagram @tiarahmii

INFORADAR.ID - Di rangkasbitung terdapat sebuah museum yang bernama museum Multatuli. museum Multatuli adalah museum umum yang terletak di bekas rumah dinas Wedana Lankasbitung yang telah digunakan sejak tahun 1923. museum Murtatuli dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Lebak dan dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak.

Multatuli telah menjadi bagian dari sejarah Lebak. Baik pemerintah maupun masyarakat Lebak telah menghormati namanya sebagai nama jalan, alun-alun, apotek dan LSM.

Drama besar karya Max Havelaar, Saija-Adinda, telah diabadikan dalam nama-nama perpustakaan, taman bacaan, dan perkumpulan seni. Gagasan dan karya Murtatuli telah diterjemahkan ke dalam puisi, film dan teater.

Museum Multatuli bertemakan 'museum anti-kolonial'. Di bagian tengah museum ini, sejarah kolonialisme disajikan dari berbagai sudut pandang sebagai pengenalan terhadap gerakan anti-kolonialisme. Diharapkan museum ini akan berfungsi sebagai alat pembelajaran sejarah tentang bagaimana kolonialisme bekerja dan bagaimana sistem tersebut digulingkan oleh gerakan nasionalis.

Museum Multatuli memiliki tujuh ruangan dan memamerkan koleksi bersejarah tentang anti-kolonialisme, Multatuli dan novel-novelnya, serta sejarah Lebak, Banten, dan rangkasbiitung.

BACA JUGA:Keren, Ini Fasilitas di Museum Angkut Batu Malang

Nama Multatuli diambil dari nama samaran Eduard Duwes Dekker, seorang ajudan dari penduduk Lebak. Peresmian Museum Multatuli dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2018 oleh Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Bupati Lebak.

Keseluruhan Museum Multatuli memiliki luas 1934 m2 dan mencakup pendopo, ruang pameran museum, kantor, toilet, taman, dan fasilitas penyimpanan.

Nama Museum Murtatuli diambil dari nama samaran seorang penulis bernama Eduard Duwes Dekker. Dekker adalah asisten Lebak di Lankasbitun dari bulan Januari hingga Maret 1856. Pada tahun 1860 ia menulis dan menerbitkan sebuah novel berjudul Max Havelaar.

Ketika novel ini menjadi salah satu karya terpenting yang berhubungan dengan sejarah Banten dan Lebak, pemerintah Kabupaten Lebak memutuskan untuk mendirikan sebuah museum yang dinamakan Museum Murtatuli.

Koleksi utama Museum Murtatuli meliputi novel Perancis Max Havelaar yang diterbitkan pada tahun 1868, ubin dari bekas kediaman Murtatuli, litograf Murtatuli, dan peta Lankasbitun abad ke-20. Museum Murtatuli juga menyimpan patung Dolorosa Sinaga, koleksi foto-foto bersejarah kerajaan Lebak, surat dari Eduard Duwes Decker kepada Raja Willem III dan surat dari Sukarno kepada Samuel Koperberg.

Lokasinya tidak jauh dari Stasiun rangkasbitung, jadi Anda bisa naik KRL ke Stasiun rangkasbitung jika Anda datang dari Jakarta atau sekitarnya. Harga tiket masuknya mulai dari Rp20.000 per orang dan museum ini buka setiap hari mulai pukul 08:00-16:00.(*)

BACA JUGA:4 Tempat Wisata Budaya Indonesia yang Wajib Dikunjungi Tahun 2023

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: