Yuk Kenalan dengan Maria Ulfah, Pejuang Kemerdakaan Wanita Asal Banten

Yuk Kenalan dengan Maria Ulfah, Pejuang Kemerdakaan Wanita Asal Banten

Maria Ulfah Pejuang Kemerdekaan Asal Banten--perpusnas.go.id

INFORADAR - 17 Agustus sebentar lagi. 17 Agustus diperingati sebagai hari kemerdekaan Indonesia.

Namun, kita juga perlu mengingat tokoh–tokoh yang memperjuangkan kemerdakaan juga.

Salah satunya adalah Maria Ulfah, pejuang kemerdekaan wanita yang berasal dari Banten.

Yuk kita kenalan dengan beliau

Maria Ulfah lahir di Serang pada tanggal 18 Agustus 1911, yang merupakan putri dari pasangan Raden Adipati Aliya Mohammad Ahmad, Bupati Kuningan, dan R.A. Hadidjah Djajadiningrat.

Maria Ulfah berasal dari lingkungan keluarga yang mengedepankan Pendidikan dan Maria Ulfah mulai bersekolah ketika ayahnya dipindahkan ke Jakarta.

Pada tahun 1929, Maria Ulfah pergi ke Belanda untuk belajar hukum di Universitas Leiden. Selama masa studinya di Belanda, Maria Ulfah berinteraksi dengan para mahasiswa Indonesia. Dia diundang ke pertemuan-pertemuan politik di Leiden,.

Di usianya 22 tahun, Maria Ulfah menerima gelar sarjana hukumnya, dan menjadi sarjana hukum wanita pertama di Indonesia.

Setelah lulus, Maria Ulfah kembali ke kampung dan bekerja di Cirebon untuk menyusun peraturan lalu lintas.

Ia kemudian pindah ke Jakarta dan menjadi guru di Sekolah Muhammadiyah. Maria Ulfah memilih untuk bergabung dengan organisasi kemerdekaan nasional.

Di Sekolah Muhammadiyah inilah Maria Ulfah bertemu dengan Santoso Wilodiharjo, yang kemudian dinikahinya pada 1938.

Di mata para pemimpin, Maria Ulfah dalah sosok yang membanggakan dari keluarga bangsawan namun terlibat dalam perjuangan kemerdekaan.

Karena itulah, Maria Ulfah sering diundang ke acara-acara politik.

Pada masa pendudukan Jepang, Maria Ulfah bergabung dengan Putera sebagai komite penasihat yang dibentuk oleh militer Jepang dan diketuai oleh empat serangkai.

Maria Ulfah juga diundang oleh Profesor Soepomo untuk bekerja di Kementerian Kehakiman. Ia bertanggung jawab untuk menerjemahkan undang-undang dan peraturan dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Inggris.

 Setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, Sutan Syahrir ditunjuk sebagai perdana menteri. Dan Sutan Syahrir menunjuk Maria Ulfah sebagai menteri sosial, dan juga pernah menjadi kepala sekertariat Kabinet.

Pada tahun 1957, pada masa kabinet Juanda, Maria Ulfah diberi tugas untuk melakukan perjalanan ke Eropa Barat dan Amerika Serikat untuk mempelajari sistem pemerintahan. Sebagai hasil dari perjalanan ini, Institut Administrasi Negara didirikan pada tanggal 5 Mei 1958.

Kepedulian Maria Ulfah terhadap masyarakat sekitar juga diwujudkan dengan menyelenggarakan pendidikan untuk memberantas buta huruf. Dan juga menangani masalah perempuan dalam hukum perkawinan.

Maria Ulfah juga mengusulkan 22 Desember sebagai hari ibu. Dan memperjuangkan agar perempuan diizinkan untuk bergabung dengan Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).

Maria Ulfah menghembuskan nafas terakhirnya pada 15 april 1988 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: kebudayaan.kemendikbud.go.id