Analisis BMKG Soal Gempa Maluku, Kepala BMKG: Peringatan Dini Tsunami Bukan Dicabut, Tetapi Diakhiri

Analisis BMKG Soal Gempa Maluku, Kepala BMKG: Peringatan Dini Tsunami Bukan Dicabut, Tetapi Diakhiri

--

SERANG, INFORADAR.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menganalisis gempa bumi tektonik pada Selasa, 10 Januari 2023, pada pukul 00. 47 WIB di wilayah Pantai Utara Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. 

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo 7,5. Episenter gempa bumi teletak pada koordinat 7,37 derajat lintang selatan, 130,18 bujur timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 136 kilometer arah barat Maluku Tenggara Barat pada kedalaman 130 km.

Dengan memperhatikan lokasi epicenter dan kedalaman hiposenternya, kata Dwikorita,  gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi laut Banda.  "Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik," jelasnya saat konferensi pers secara virtual, Selasa pagi, 10 Januari 2023.

Ia menjelaskan, gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Saumlaki dengan skala intensitas lima MMI. Artinya getaran dirasakan hampir semua penduduk dan orang tidur banyak terbangun. Juga dirasakan di daerah Dobo serta Tiakur dengan intensitas guncangan 4 MMI. Artinya pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang dan gerabah pecah, jendela pintu berderik, dan dinding berbunyi. 

Selain itu, lanjut dia, dirasakan di daerah Sorong Kaimana, Alor, Waingapu, Waijelu, Lembata dengan skala intensitas 3-4 MMI. Artinya bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah dan dirasakan pula di daerah Kairatu, Merauke, Nabire, Tanah Merah, Wamena, Bakunase, Sabu, Rote, Kota Kupang dengan skala intensitas 2 sampai 3 MMI. Getaran dirasakan nyata dalam rumah terasa getaran seakan-akan truk berlalu.

"Juga dirasakan di daerah Ambon dan Piru dengan intensitas 2 MMI, artinya getaran dirasakan oleh beberapa orang benda-benda ringan yang digantung terlihat bergoyang," ungkapnya.

Dijelaskannya, gempa susulan hingga pukul empat terjadi empat  kali aktivitas dengan magnitudo terbesar 5,5 dan terkecil 4,1. Perdasarkan hasil pemodelan tsunami gempa bumi dengan amplitudo 7,9 hari ini di Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku, menunjukkan adanya potensi tsunami dengan tingkat ancaman siaga dan waspada.  

"Berdasarkan hasil pemodelan tsunami dengan parameter yang diupdate, jadi pertama kali parameternya 7,9, kemudian diupdate menjadi 7,5, tidak menunjukkan adanya potensi tsunami setelah parameter itu terupdate 7,5. Namun kami tetap mewaspadai potensi tsunami tersebut, sehingga kami juga melakukan observasi terhadap kenaikan muka air laut atau observasi tsunami berdasarkan observasi 4 tide gauge, yaitu di Seira, Adaut, Lirang, dan Larat. Tidak menunjukkan adanya anomali atau perubahan adanya anomali atau perubahan tinggi muka air laut yang signifikan. Jadi perubahan yang terjadi tidak signifikan," jelas Dwikorita.

 Kemudian berdasarkan hal tersebut, lanjutnya, maka dilakukan pengakhiran peringatan dini tsunami kurang lebih dua jam setelah waktu datangnya perkiraan, waktu datangnya tsunami yaitu pengakhiran. 

"Peringatan dini tsunami bukan dicabut ya, bukan dibatalkan. Bukan dicabut tetapi diakhiri karena terlihat tetap ada kenaikan muka air laut hanya tidak signifikan peringatan dini tsunami dinyatakan berakhir pada pukul 03.43 WIB," jelasnya. 

Mengingat peringatan dini tsunami telah berakhir masyarakat di wilayah pesisir dihimbau untuk dapat beraktivitas kembali normal, seperti biasa kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa mohon periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda. 

"Cukup tahan gempa ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum Anda kembali ke dalam rumah. Pastikan pula informasi resmi hanya bersumber dari BMKG," jelasnya. *

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: