Disway Award

Menghidupkan Kembali Gagasan Kartini di Era Digital

Menghidupkan Kembali Gagasan Kartini di Era Digital

Ide kreatif memperingati Hari Kartini di Sekolah dan tempat kerja--Pinterest/Adobe Stock

INFORADAR.ID - Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan di Indonesia yang memperjuangkan pendidikan dan kesetaraan gender pada masanya.

Di era digital saat ini, gagasan dan semangat perjuangan Kartini tidak hanya relevan, tetapi juga dapat dihidupkan kembali dengan cara yang lebih inovatif dan luas jangkauannya. Teknologi digital memberikan peluang besar bagi perempuan untuk melanjutkan perjuangan Kartini dalam konteks modern yang lebih dinamis.

Kartini, jika hidup di zaman sekarang, kemungkinan besar akan memanfaatkan teknologi sebagai alat utama untuk memperluas pengaruh dan mempercepat perubahan sosial.

Internet dan media sosial menjadi ruang pemberdayaan yang efektif, di mana perempuan dapat mengakses informasi, membangun jejaring, dan menyuarakan aspirasi mereka secara lebih luas. 

BACA JUGA:Profil Ryan Adriandhy Cetak Rekor Lewat Film Jumbo: 3 Juta Penonton dalam 14 Hari!

BACA JUGA:Memperingati Hari Pahlawan Nasional Maluku, Kapitan Pattimura

Dengan kecintaannya pada literasi, Kartini akan menggunakan internet untuk memperkaya pengetahuan tentang hak-hak perempuan, pendidikan, dan isu sosial yang relevan. Media sosial pun akan menjadi platform utama untuk menggalang dukungan, mengedukasi masyarakat, dan mengorganisir aksi-aksi perubahan.

Lebih dari sekadar alat komunikasi, teknologi digital juga membuka peluang ekonomi bagi perempuan. Banyak perempuan Indonesia saat ini yang telah menjadi pengusaha sukses di bidang startup dan e-commerce, mewujudkan kemandirian ekonomi yang dulu hanya menjadi impian. 

Contoh nyata seperti para pendiri startup Sayurbox, Hijup.com, dan Alfacart.com menunjukkan bagaimana perempuan dapat berperan aktif dan berinovasi dalam industri teknologi. Di desa-desa pun, seperti Desa Batu Menyan, pelatihan keterampilan digital telah memberdayakan perempuan untuk mengelola bisnis online dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Namun, perjuangan di era digital juga menghadirkan tantangan baru. Perempuan harus menghadapi risiko seperti cyberbullying, body shaming, dan penyebaran hoaks yang dapat merusak citra dan semangat mereka.

BACA JUGA:Sejarah Kurikulum Pendidikan di Indonesia dari Masa ke Masa

BACA JUGA:Mengintegrasikan Nilai Islam di Era Digital

Oleh karena itu, literasi digital menjadi sangat penting agar perempuan tidak hanya menjadi pengguna teknologi yang cerdas, tetapi juga mampu mengelola dan menyaring informasi dengan bijak.

Perempuan masa kini dituntut untuk aktif dalam menangkal konten negatif dan memanfaatkan teknologi secara positif untuk memperkuat suara mereka.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: