Di Balik Penertiban Pakaian Bekas Impor, Pedagang Pasar Senen Soroti Serbuan Barang China
Ilustrasi pakaian bekas impor-Pinterest/Scarlet-
INFORADAR.ID - Kabar penertiban pakaian bekas impor yang biasa disebut thrifting mengguncang para pedagang di Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Pemerintah berencana memperketat aturan tersebut sebagai upaya menghidupkan industri tekstil dan garmen lokal.
Penertiban ini membuat banyak pelaku usaha pakaian bekas impor waswas, khawatir mata pencaharian mereka akan ikut lenyap.
Namun di balik kebijakan itu, muncul suara keberatan dari sejumlah pedagang. Mereka menilai pemerintah salah mengartikan masalah yang sebenarnya.
Menurut mereka, bukan pakaian bekas impor yang melemahkan industri tekstil dan UMKM, melainkan banjir produk murah dari China yang sejak lama membanjiri pasar domestik.
Kini, nasib para pedagang thrifting di Pasar Senen berada di ujung tanduk, menunggu arah kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat kecil.
BACA JUGA:Penjualan Pakaian Bekas Impor, Shopee dan Tokopedia Serentak Takedown Lapak Penjualan
BACA JUGA:JPO Stasiun Rangkasbitung Jadi Ikon Baru, Wujud Modernisasi Transportasi di Lebak
Pedagang Pakaian Bekas Impor Cemas Kehilangan Tempat Berjualan
Pasar Senen sudah lama dikenal sebagai pusat pakaian bekas impor terbesar di ibu kota.
Namun, kebijakan baru pemerintah membuat banyak pedagang mulai gelisah.
Mereka khawatir area dagang akan dialihfungsikan dan lapak yang selama bertahun-tahun menjadi sumber nafkah akan ditutup.
Seorang pedagang mengungkapkan, pemerintah terlalu cepat menyimpulkan bahwa bisnis pakaian bekas impor merugikan UMKM.
Padahal, menurutnya, dampak yang lebih besar datang dari masuknya produk-produk baru dengan harga murah yang membanjiri pasar lokal.
Pedagang lainnya menjelaskan bahwa pakaian bekas impor yang dijual di Pasar Senen sebagian besar berasal dari Jepang dan Korea Selatan, bukan dari China.
“Barang yang kami jual bukan dari China, tapi dari Jepang dan Korea. Kalau yang dari China, itu biasanya ulah oknum,” ujarnya, Senin 10 November 2025.
Ia menilai produk murah asal China yang terus masuk ke Indonesia justru menjadi penyebab utama industri tekstil lokal kehilangan daya saing.
Bahkan, banyak di antaranya dijual dengan label ‘bekas impor’ untuk mengelabui pasar.
BACA JUGA:Anak Muda Bangga, Wajah Baru Stasiun Rangkasbitung Bikin Lebak Naik Kelas
BACA JUGA:Menkeu Purbaya Tegaskan Redenominasi Rupiah Belum Diterapkan Tahun Depan
Para pedagang berharap pemerintah tidak serta-merta menutup usaha mereka tanpa solusi yang jelas.
Bagi mereka, bisnis pakaian bekas impor bukan hanya soal perdagangan, tetapi juga bagian dari ekonomi sirkular yang membantu masyarakat mendapatkan pakaian layak dengan harga terjangkau.
“Kalau pemerintah mau bantu UMKM, jangan jadikan kami korban. Kami juga rakyat kecil yang berjuang mencari rezeki,” tutur salah satu pedagang dengan nada pasrah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
