INFORADAR.ID - Candi Muara Jambi yang telah dirusak dan sebagian telah dipugar merupakan situs Hindu-Buddha terpenting di Sumatera.
Candi Muara Jambi diyakini menandai lokasi kota kuno Jambi, yang merupakan ibu kota Kerajaan Melayu 1.000 tahun yang lalu.
Sebagian besar candi Muara berasal dari abad ke-9 hingga ke-13, saat kekuasaan Jambi berada di puncaknya.
Naiklah sepeda (Rp 10.000 per hari) di pintu masuk dan jelajahi hutan yang tenang sambil mengagumi bangunan candi.
Hutan ini membentang seluas 12 kilometer persegi di sepanjang pesisir utara Batang Hari. Pintu masuk ke hutan ini adalah melalui gerbang berhias di desa Muara Jambi, dan sebagian besar objek wisata dapat dicapai dengan berjalan kaki.
BACA JUGA:Menjelajahi 5 Daerah Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia
Sebagian besar candi dapat dicapai dengan berjalan kaki, namun untuk mencapai lokasi yang lebih terpencil di bagian barat, disarankan untuk menggunakan sepeda.
Banyak di antaranya yang masih perlu digali, dan ada perdebatan mengenai apakah wisatawan harus diizinkan untuk mendaki ke situs dan candi yang telah dipugar.
Sejauh ini, delapan kuil telah diidentifikasi, masing-masing berada di tengah-tengah kompleks dengan tembok rendah. Beberapa candi berdampingan dengan candi perwara (candi kecil di sampingnya), dan tiga candi telah dipugar mendekati bentuk aslinya.
Tersebar di seluruh kompleks terdapat beberapa menapos (gundukan kecil batu bata) yang diyakini sebagai sisa-sisa bangunan lain, mungkin tempat tinggal para pendeta dan pejabat lainnya.
BACA JUGA:Gunung Papandayan, Wisata Alam Pendaki Pemula di Garut, Menyuguhkan Pemandangan Alam Eksotis
Di candi Gumpung yang telah direkonstruksi, yang terletak tepat di seberang tempat persembahan, tangga-tangga candi ini dijaga oleh sebuah makara (kepala setan).
Penggalian di sini telah menghasilkan beberapa penemuan penting, termasuk sebuah peripi (kotak batu) berlapis emas yang bertuliskan aksara Jawa kuno.