INFORADAR.ID – Gig economy menjadi fenomena di kalangan Generasi Z atau Gen Z. Dalam kondisi susahnya mencari pekerjaan, mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012 yang disebut Gen Z akhirnya memilih gig economy untuk mempertahankan ekonomi mereka.
Fenomena gig economy semakin meluas dan banyak Gen Z yang memilih gig economy. Lalu apa sih gig economy itu?
Gig economy merupakan sebutan untuk tenaga kerja lepas dengan jam kerja yang fleksibel. Fenomena ini bukanlah hal yang baru di dunia pekerja. Menurut Profesor dari Universite Nice Sophia Antipolis, Anthony Hussenot sempat mengatakan jika gig economy merupakan pekerjaan masa depan.
Anthony Hussenot juga menjelaskan jika perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat dengan pemanfaatan crowdsourcing mendorong sektor bisnis untuk tidak lagi menggunakan karyawan tetap.
Selain jam kerja yang fleksibel, sistem gig economy juga tidak memaksakan pekerja untuk datang setiap hari ke kantor. Mereka bisa bekerja dimana saja atau yang biasa disebut Work From Anyway (WFA).
Untuk gajinya yang diberikan tidak menetap jumlah besarannya, gig economy menentukan gaji sesuai dengan produktivitas pekerjanya. Jika produktivitas pekerja tinggi, maka gaji yang akan diterima juga tinggi.
Pekerja gig economy biasanya melakukan pekerjaan yang mengandalkan teknologi seperti programmer, designer, editor, penulis, sosial media specialist, digital marketing, content creator dan lain-lain.
Dengan jam dan tempat kerja yang fleksibel memungkinkan para pekerja mencapai work life balance.
Pekerja gig economy juga bisa mendapatkan penghasilan di berbagai sumber. Karena menjadi pekerja lepas, pekerja gig economy sangat memungkinkan untuk mengambil dan mencari pekerjaan lain sebagai pendapatan tambahan.
Meski memiliki jam kerja yang fleksibel, gaji yang bisa ditentukan sesuai pencapaian target menjadi masalah tersendiri bagi pekerja gig economy. Hal ini karena penghasilan yang tidak stabil, membuat kebanyakan pekerja gig economy sulit untuk menabung dan menyiapkan pendapatan untuk masa depan.
Selain itu, pekerja gig economy juga tidak mendapatkan fasilitas kantor seperti asuransi hingga peralatan yang menunjang pekerjaan. Karena waktu kerja yang fleksibel, pekerja gig economy bisa saja mengambil pekerjaan di hari libur. (*)