INFORADAR.ID — Pernahkah kita bertanya, mengapa kita diperintahkan untuk mendirikan shalat? Jawabannya adalah karena kita diciptakan oleh Allah tidak lain hanyalah untuk menjadi hamba yang selalu menyembah Allah.
Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah Aku. (QS Adz Dzaariyaat: 56).
Sehingga ketika kita tidak mau menyembah Allah dalam bentuk perintah mendirikan shalat maka sesungguhnya kita bukan termasuk dalam golongan manusia, karena shalat yang kita dirikan adalah untuk menyembah Yang Maha Hidup, Yang Menciptakan kita.
Shalat merupakan perintah langsung dari Allah SWT tanpa perantara malaikat kepada Nabi Muhammad SAW ketika perjalanan Isra dan Mi’raj, shalat merupakan komitmen untuk memperbaiki kesalahan, memperkokoh ketauhidan, menjalani hidup sesuai petunjuk Allah, dan ittiba’ kepada Nabi Saw.
Shalat menjadi medium komunikasi antara jiwa manusia dengan Allah Swt. Shalat adalah tolok ukur amal, yang berarti bahwa kualitas amal seseorang ditentukan oleh shalatnya.
Hal ini seperti disebutkan dalam hadist Rasulullan yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirdzi, “Hal pertama yang akan dihisab kelak di hari pembalasan adalah Shalat. Apabila baik Shalatnya, maka akan baik pula amal-amal lainnya. Dan apabila Shalatnya rusak, maka akan rusak pula amal-amal lainnya”.
Demikian disampaikan Muballigh Muhammadiyah Agus Sukaca. Menurutnya, sebagai perintah langsung dari Allah swt tanpa perantara malaikat kepada Nabi Muhammad SAW ketika perjalanan Isra dan Mi’raj, salat merupakan komitmen untuk memperbaiki kesalahan, memperkokoh ketauhidan, menjalani hidup sesuai petunjuk Allah, dan ittiba’ kepada Nabi Saw.
Bila seseorang melakukan shalat secara benar dan khusyu’, maka akan memperoleh kebaikan dalam menjalani hidup, segala aktivitas yang baik akan selalu diniatkan hanya untuk Allah. Kemudian kemudahan mendapatkan petunjuk hidup dari Allah, dan senantiasa mempelajari Sunnah Nabi sebagai sumber utama laku aktivitas sehari-hari.
“Di samping komitmen tauhid, kita juga harus memiliki komitmen untuk mengikuti Nabi Saw. Kalau setiap hari baca satu hadis untuk menjadi pedoman hidup kita, ini artinya salat kita, komitmen kita sudah berada di jalan lurus,” ucap Agus Sukaca.
Selain komitmen, salat juga merupakan permohonan. Seorang hamba yang melaksanakan salat, berarti ia sedang memohon kepada Allah agar diberi petunjuk jalan yang lurus, ampunan dari dosa-dosa, kasih sayang yang tiada tara, kecukupan dan rizki yang terus mengalir.
Hal ini berarti shalat merupakan medium musahabah diri karena di dalamnya terdapat sesuatu yang diharapkan. Dengan ini, salat mampu memberikan kesehatan mental karena meningkatkan hormon endorfen.
“Kalau salatnya sungguh-sungguh, akan meningkatkan keimanan kita, dengan keimanan itu Allah akan memberikan kehidupan yang baik, dalam bentuk endorfen yang meningkat. Dalam keadaan apapun, hidup akan tetap tenang,” tutur Agus Sukaca.
Editor: M Widodo
Sumber: Laman FB Persyarikatan Muhammadiyah