Dede menghentikan langkahnya. Lalu, menengok ke kanan.
Kosong! Tidak ada penumpang.
“Kayaknya ini nih yang bikin penumpang 191,” batin Dede.
Dede penasaran ketika sampai di kabin 1. Dari balik gorden, dia melihat kursi bagian tengah sebelah kanan tetap kosong. Tidak ada penumpangnya.
Dede menyapukan pandangannya ke penumpang pesawat. Semua masih tidur pulas. Dalam penglihatannya, semua penumpang itu berwajah pucat.
Wajah Dede ikut pucat. Dia ketakutan membayangkan harus kembali ke galley di bagian belakang pesawat. Membayangkan harus melewati penumpang-penumpang berwajah pucat di kanan dan kirinya.
Dede berdoa dalam hati. Dia meminta perlindungan dari Allah SWT.
Dede memberanikan diri. Dia berjalan pelan-pelan menuju ke tempatnya bertugas.
Sampai di belakang pesawat, Dede melihat pramugari senior tengah memeriksa manifes barang. Ternyata, pesawat Jakarta-Makasar itu mengangkut mayat laki-laki.
Dede semakin takut. Dia akhirnya menceritakan pengalamannya kepada Ani, junior Dede.
Ani penasaran. Pramugari ini lalu mengecek satu persatu penumpang pesawat.
“Biasa aja tuh, Mbak. Penumpang juga tidak tidur semua. Ada yang ngobrol,” Ani melaporkan hasil pengecekannya kepada Dede.
Berarti cuma aku yang lihat, pikir Dede.
Perasaan Dede lega ketika pesawat landing di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Rasa takutnya hilang.
Di Makasar, Dede mendapat jatah kamar hotel untuk istirahat bersama Ani. Sebelum mereka tidur, Dede menceritakan penglihatannya selama melayani penerbangan Jakarta-Makasar.
Tapi, ada beberapa cerita yang disangkal oleh Ani. Menurut Ani, selama penerbangan 2,5 jam itu tidak ada penumpang yang bolak-balik ke toilet akibat udara dingin di kabin pesawat. (*)