Anehnya, hasilnya tidak sama. Hitungan Dede, ada 190 penumpang. Sementara, pramugari senior menghitung ada 191 penumpang.
“Mbak, penumpang ada 190,” kata Dede.
“Lho, saya hitung ada 191,” kata pramugari senior.
Perbedaan ini membuat Dede dan pramugari senior menghitung ulang jumlah penumpang pesawat. Sampai 2 kali mereka melakukannya.
Lagi-lagi hasilnya tetap sama. Dede menghitung ada 190 penumpang. Sedangkan, pramugari senior menghitung ada 191 penumpang.
Dede lalu mengonfirmasi jumlah penumpang kepada petugas darat. “Mas, penumpangnya ada berapa. Saya hitung ada 190, senior saya ada 191,” tanya Dede.
Petugas darat itu membuka manifes penumpang. Tertera bahwa malam itu, jumlah penumpang pesawat Jakarta-Makasar ada 190 orang.
Dede penasaran. Bersama pramugari senior, dia menghitung kembali jumlah penumpang untuk ketiga kalinya.
Aneh, hasilnya tetap sama. Hitungan Dede, ada 190 penumpang. Sedangkan, pramugari senior ada 191 penumpang.
Kedua pramugari akhirnya meminta petugas darat untuk menghitung jumlah penumpang. Petugas itupun bingung. Hasil hitungannya, ada 191 penumpang. Kelebihan 1 orang dibandingkan catatan dalam dokumen berisi daftar kargo, penumpang, dan awak pesawat udara di tangannya.
Sampai waktunya menutup pintu pesawat, ketiga orang ini tidak mampu menemukan penyebab perbedaan hitungan jumlah penumpang. Dede pun menemui kapten pesawat. Meminta solusi.
Kapten pesawat memutuskan untuk tidak menghiraukan perbedaan jumlah penumpangnya. Dia lebih mementingkan waktu keberangkatan.
Pesawat pun take off. Waktu penerbangan Jakarta-Makasar selama 2,5 jam dimulai.
Di dalam kabin pesawat, Dede merasakan udaranya sangat dingin. Dia melihat beberapa penumpang pesawat bolak-balik ke toilet.
“Pesawat ini kan terkenal panas ya, tapi ini kok dingin banget,” celetuk Dede.
Dede dan pramugari lain tidak menghiraukan udara di dalam kabin pesawat. Mereka harus melaksanakan tugas. Menawarkan minuman dan makanan kepada para penumpang.