Misteri Gunung Pinang, Kisah Anak Sukses yang Durhaka Kepada Ibu Kandungnya

Jumat 24-06-2022,06:36 WIB
Reporter : M Widodo
Editor : M Widodo

INFORADAR.ID - Hampir setiap gunung di Indonesia menyimpan cerita misteri. Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Semeru di Jawa Timur, Gunung Ciremai di Jawa Barat. Semua menyimpan misteri. 

Demikian juga di Banten. Ada Gunung Karang, Gunung Pulosari, Gunung Aseupan dan Gunung Halimun menyimpan misterinya masing-masing.

Semua cerita misteri mengenai gunung-gunung tersebut, dan gunung lainnya di Indonesia tentu kebenarannya tidak terjangkau oleh akal manusia. Akan tetapi, ceritanya mengalir turun-temurun. 

Nah, ternyata Gunung Pinang, di Jalan Raya Serang-Cilegon, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang juga menyimpan cerita misteri atau lebih tepatnya legenda. Ya, Legenda Gunung Pinang. 

Legenda Gunung Pinang, karangan Samsuni ini oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Banten dan jajaran di bawahnya dijadikan sebagai Cerita Rakyat Banten. Dan, sering dibawakan peserta pada setiap ajang Lomba Bercerita, baik tingkat kabupaten/kota se Provinsi Banten. Cerita yang mengisahkan seorang anak yang durhaka kepada ibu kandungnya.

Legenda Gunung Pinang, berkisah tentang janda tua miskin yang hidup bersama anak laki-lakinya bernama Dampu Awang di sebuah perkampungan nelayan pantai Teluk Banten. Hidupnya serba kekurangan. Tiap hari pekerjaannya mencari kerang di pantai untuk dijual. 

Suatu hari ada kapal saudagar kaya asal Negeri Malaka bernama Teuku Abu Matsyah yang bersandar di pelabuhan Teluk Banten. Dampu Awang tertarik untuk merantau ke Negeri Malaka dengan menumpang kapal milik saudagar kaya tersebut. Ia ingin merubah nasib. Punya uang dan bisa membangunkan rumah bagus buat ibunya. 

Ia pun memohon ijin kepada ibunya. Tentu saja ibunya yang sudah renta ini menolak. Walaupun hidup miskin, ibunya tetap ingin Dampu Awang tinggal bersamanya. Apalagi ia sudah tua. Khawatir tidak bisa bertemu lagi. Dampu sedih tidak diijinkan. Ibunya tau itu. Karena kasihan, keesokan harinya, Dampu Awang direstui merantau ikut saudagar kaya. 


Beberapa penggowes berpose di puncak Gunung Pinang.--

Sebelum berangkat, ibunya menitipkan seekor burung perkutut bernama si ketut, peninggalan almarhum suaminya kepada Dampu Awang. Si ketut ini pandai mengirimkan pesan. 

Dampu segera minta ijin kepada Teuku Abu Matsyah ikut berlayar bersamanya, yang langsung disetujui. 

"Ibu .... Dampu berangkat. Jaga diri ibu baik-baik," pamit Dampu kepada ibunya dari anjungan kapal.

Diiringi isyak tangis ibunya, Dampu meninggalkan pelabuhan Teluk Banten menuju Negeri Malaka.

Di kapal, Dampu rajin membantu membersihkan kapal. Sehingga Teuku Abu Matsyah tertarik mengajak Dampu bekerja dengannya.

Sesampainya di Negeri Malaka, Dampu dikenal sebagai pekerja yang rajin dan ulet. Teuku Abu Matsyah berniat untuk menjodohkan putrinya, Siti Nurhasanah dengan Dampu Awang. Lantas keduanya menikah dan hidup bahagia.

Kategori :