Disway Award

Ayat-Ayat untuk Penyebar Kabar Bohong, Fitnah dan Penghasut

Ayat-Ayat untuk Penyebar Kabar Bohong, Fitnah dan Penghasut

Potret Ahmad Sihabudin--

Oleh Ahmad Sihabudin, Dosen Komunikasi Lintas Budaya Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Untirta. 

 

INFORADAR.ID - Naskah ini saya mulai dengan mengutip kitab suci Al-Quran yang saya yakini, “Sesungguhnya orang-orang yang datang membawa berita bohong itu adalah golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira bahwa peristiwa itu buruk bagimu, sebaliknya itu baik bagimu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Adapun orang yang mengambil peran besar di antara mereka, dia mendapat azab, siksaan yang sangat berat”(Q.S An-Nur [24] : 11). 

Era Media sosial ini, orang-orang semakin mudah mendapatkan informasi sekaligus mudah untuk menyebarkannya.  Semua media sosial  biasanya ada fasilitas untuk “membagikan” atau “meneruskan” informasi yang didapat. Paling tidak membagikan link websitenya. Sehingga hanya dengan modal jempol untuk mengklik “membagikan” atau “meneruskan”, seseorang sudah bisa menjadi kurir informasi.

Untuk para pekerja insan “perodusen pesan”, dan kata-kata, gambar, baik cetak maupun elektronik, penggiat media sosial, dan kita para individu harus lebih hati-hati. Harus selalu melakukan cek dan rechek, kembali pada apa yang akan kita sampaikan, jangan sampai kita dianggap sebagai penyebar kabar buhong, menyebar fitnah, menghasut. Termasuk saat menerima, ini ancamannya tidak main-main pidana penjara dunia 4-12 tahun, belum lagi hukuman di akhirat kelak. 

Allah lberfirman, “Ketika kamu sambut berita itu dari lidah ke lidah, kamu katakan dengan mulutmu perkara yang sama sekali tidak kamu ketahui, kamu sangka bahwa cakap-cakap demikian perkara kecil saja. Padahal dia adalah perkara besar pada pandangan Allah” (Q.S An-Nur [24] : 15). Azab siksa apa kelak yang akan diberikan Allah SWT kelak saya tidak tahu persis, apakah akan langsung di dunia atau nanti di akhirat sebagai orang beriman saya meyakini azab itu akan datang pada orang-orang yang telah melakukannya.

Demi mengejar kebutuhan, kepuasaan lahir bathin di dunia, banyak orang rela melakukan ghibah, fitnah, menghasut, dengki, sayangnya dilakukan oleh orang terpelajar, terhormat, demi memuaskan hasrat nafsu Iblis makhluk yang dilaknat. Sebagai ummat yang beriman kita dilarang untuk berburuk sangka, mencari-cari kesalahan orang lain, dan menggunjing. Saya meyakini semua ajaran Agama apapun melarang perbuatan tersebut.

Firman Allah dalam surat Al-Hujurat, ayat 12; "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha penerima tobat, Maha Penyayang." 

Ayat ini di mulai dengan larangan, berburuk sangka terhadap orang lain, ini menjadi dosa, dan merusak hubungan antar-manusia. Kita dilarang keras mencari-cari kesalah orang lain, fokus saja untuk memperbaiki diri sendiri. Ghibah, atau menggunjing, adalah perbuatan membicarakan keburukan orang lain, baik itu benar atau tidak.

Ayat ini menggunakan perumpamaan yang sangat kuat, yaitu mengibaratkan ghibah seperti memakan daging saudara yang sudah mati, untuk menggambarkan betapa buruknya perbuatan tersebut.

Perbuatan ini, bila kita hayati, sungguh amat hina dan menjijikan, seperti kotoran hewan atau manusia perbuatan ghibah itu. Karena dapat menimbulkan dampak negatif yang besar, seperti: merusak reputasi seseorang, menimbulkan permusuhan dan perpecahan. Perbuatan ghibah dan fitnah,   harus dijauhi dan menjaga lisan kita yang dapat menyakiti orang lain.

Seperti dalam surat Qaf ayat 18, Allah menerangkan, “tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan supaya umat muslim wajib berhati-hati dalam ucapannya yang mungkin mengandung keburukan, atau membicarakan kekurangan orang. Sepatutnya untuk dapat menjaga tutur kata dan mulai mengurangi kebiasaan ghibah.

Agar tidak terjadi simpang siur suatu kabar yang akan menimbulkan fitnah dan ghibah, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 8, “Ketika kita mendapatkan suatu kabar yang masih diragukan kebenarannya, sebaiknya berdiam atau mengkonfirmasi langsung kepada yang bersangkutan agar tidak menimbulkan fitnah”.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: