Fenomena 'Revenge Quitting': Ketika Gen Z Memilih Resign sebagai Bentuk Protes
Ilustrasi Gen Z berkarier-Pinterest/the economis times-
INFORADAR.ID - Istilah revenge quitting semakin populer, terutama di kalangan Generasi Z, mungkin saja kamu mengetahuinya atau bahkan melakukan.
Fenomena revenge quitting menggambarkan keputusan resign sebagai bentuk protes terhadap kondisi kerja yang dianggap tidak adil dan merugikan kesehatan mental.
Berdasarkan berbagai studi, banyak Gen Z melakukan revenge quitting karena merasa nilai-nilai mereka bertentangan dengan budaya kerja yang ada.
Mereka memandang revenge quitting bukan hanya sebagai pengunduran diri biasa, tapi sebagai perlawanan atas tekanan dan ketidakadilan.
Fenomena revenge quitting menjadi sinyal bahwa dunia kerja harus mulai menyesuaikan diri dengan ekspektasi generasi muda yang lebih mengutamakan keseimbangan hidup.
BACA JUGA:Mengenal Tradisi Idul Adha yang Berbeda-beda di Indonesia
BACA JUGA:Meningkatnya Kasus Talasemia di Indonesia: Waspadai Gejala dan Cara Pencegahannya
Apa Itu Revenge Quitting?
Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Humanities and Social Sciences Communications (2023), revenge quitting merupakan pengunduran diri dari pekerjaan yang didorong oleh rasa tidak puas dan frustrasi akibat lingkungan kerja yang toksik, beban kerja yang berat, serta kurangnya dukungan organisasi.
Fenomena ini berbeda dengan resign biasa karena sering disertai tindakan atau sikap yang menunjukkan ketidakpuasan secara eksplisit.
Penyebab Gen Z Memilih Revenge Quitting
Berdasarkan survei dan penelitian akademik, beberapa faktor utama mendorong Gen Z melakukan revenge quitting adalah sebagai berikut.
1. Burnout dan Tekanan Kerja yang Tinggi
Menurut studi dari American Psychological Association (APA), burnout di tempat kerja meningkat signifikan selama lima tahun terakhir, terutama di kalangan pekerja muda yang menghadapi tuntutan tinggi tanpa dukungan memadai.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
