Donat Pinkan Mambo Viral Karena Tarif Review Rp 10 Juta, Ala Bisyir Beri Tanggapan

Salah satu penilaian menyebut bahwa tekstur donat ini lebih mirip roti goreng dibanding donat konvensional. 

Dari segi rasa, topping-nya dinilai cukup lezat, namun kemasannya dianggap kurang menarik dan belum memenuhi standar produk premium. 

Kritik ini menimbulkan pertanyaan publik, apakah donat tersebut pantas mendapat hype dan harga yang tinggi?

Strategi Pemasaran atau Salah Paham?

Kisah ini memicu beragam pendapat. Ada yang melihat permintaan tarif review sebagai langkah strategi eksklusif untuk menjaga citra brand agar terkesan spesial. 

Namun, sebagian lain menganggap langkah ini bisa merugikan, karena menutup peluang promosi dari para kreator konten yang memiliki pengaruh besar untuk memperluas jangkauan pasar secara natural.

Terlepas dari motif sebenarnya, kontroversi ini berhasil mengangkat nama donat Pinkan Mambo menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial.

BACA JUGA:Gen Z Stare: Tatapan Kosong yang Lagi Tren di Kalangan Anak Muda

BACA JUGA:Pelihara Ikan Hias Makin Populer di 2025, Ini Jenis-Jenis yang Laris di Marketplace

Pelajaran untuk Pelaku Usaha Kuliner

Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi pelaku bisnis makanan dan minuman, khususnya UMKM, agar bersikap terbuka terhadap kerja sama dan kritik dari komunitas kreator konten. 

Di era digital, dukungan dari food vlogger dan influencer bisa sangat berpengaruh dalam membangun reputasi dan kepercayaan pelanggan.

Viralnya kasus donat Pinkan Mambo akibat tarif review Rp 10 juta membuktikan bahwa strategi marketing yang tidak biasa memang bisa menarik perhatian, tetapi juga membawa risiko. 

Yang paling penting adalah kualitas produk tetap terjaga dan ada komunikasi yang baik dengan komunitas kreator konten.

Sumber: