Disway Award

Blackberry Bekas Jadi Incaran Gen Z, iPhone Kian Tergeser

Blackberry Bekas Jadi Incaran Gen Z, iPhone Kian Tergeser

Ilustrasi BlackBarry -Istimewa-

Minimnya notifikasi membuat Gen Z bisa menjaga kesehatan mental serta mengurangi stres akibat paparan media sosial yang berlebihan. Oleh karena itu, blackberry bekas kini menjadi alat detoks digital yang efektif.

3. Tren Blackberry Bekas Menjangkau Dunia Internasional

Fenomena penggunaan blackberry bekas tidak hanya ramai di Indonesia, tetapi juga terjadi secara global. 

Di Amerika Serikat misalnya, semakin banyak anak muda yang beralih ke ponsel jadul seperti blackberry bekas untuk menghindari kecanduan media sosial. 

Mereka ingin kembali merasakan komunikasi yang lebih sederhana tanpa tekanan dunia maya.

BACA JUGA:138 Karya Foto Jurnalistik Mahasiswa KPI UIN SMHB Dipamerkan, Sorot Dakwah dalam Setiap Jepretan

BACA JUGA:UMK Banten 2025 Mengalami Kenaikan 6,5 Persen, Berikut Penjelasan Lengkapnya

4. Masuk dalam Tren Fashion Retro

Tak hanya fungsional, blackberry bekas kini juga menjadi bagian dari tren estetika retro seperti gaya Y2K yang sedang digandrungi Gen Z. 

Banyak pengguna menghias blackberry bekas mereka dengan aksesori unik seperti stiker, gantungan lucu, hingga hiasan rhinestone, menjadikannya bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga item fashion yang menarik perhatian.

5. Blackberry Bekas Masih Mudah Dicari dan Terjangkau

Ketersediaan blackberry bekas yang masih cukup banyak di berbagai marketplace online seperti Tokopedia, Shopee, eBay, hingga Facebook Marketplace turut mendorong tren ini. 

Dengan harga yang relatif ramah di kantong, berbagai model ikonik seperti BlackBerry Bold, Curve, dan Torch bisa dengan mudah dimiliki oleh siapa saja yang ingin bernostalgia atau mencoba sensasi baru.

Blackberry bekas kini menjadi favorit baru bagi Gen Z. Di tengah kepenatan dunia digital yang serba cepat, generasi muda menemukan ketenangan dan keseimbangan lewat ponsel sederhana ini. 

Bukan hanya sebagai simbol nostalgia, blackberry bekas juga menjadi bagian dari upaya mengurangi kecanduan media sosial, sekaligus menegaskan kembali pentingnya keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: