Studi Mengungkap Hanya 29% Siswa di Indonesia Memiliki Growth Mindset, Menurut Prof. Dr. Stella Cristy

Hanya 29% siswa di Indonesia yang memiliki growth mindset!-Ss google/hai bunda-
INFORADAR.ID- Sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh Prof. Dr. Stella Cristy, seorang pakar pendidikan dan psikologi, mengungkapkan bahwa hanya 29% siswa di Indonesia yang memiliki growth mindset atau pola pikir berkembang.
Temuan ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi sistem pendidikan di Indonesia dalam membentuk pola pikir siswa yang dapat mendukung keberhasilan akademik dan pengembangan diri mereka.
Growth mindset adalah konsep yang diperkenalkan oleh psikolog Carol Dweck, yang menggambarkan keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan melalui usaha, pembelajaran, dan ketekunan.
Siswa dengan growth mindset cenderung melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar, tidak takut gagal, dan lebih resilient dalam menghadapi kesulitan.
Sebaliknya, siswa dengan fixed mindset atau pola pikir tetap cenderung merasa terjebak dan tidak percaya bahwa mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka.
Dalam studi yang melibatkan ribuan siswa dari berbagai jenjang pendidikan di Indonesia, Prof. Dr. Stella Cristy menemukan bahwa hanya 29% dari mereka yang menunjukkan karakteristik growth mindset.
"Angka ini sangat memprihatinkan, mengingat pentingnya pola pikir ini dalam mendukung kesuksesan akademik dan kehidupan sehari-hari siswa," ungkap Prof. Cristy.Pola pikir yang terbatas dapat menghambat potensi siswa untuk berkembang.
Siswa yang tidak memiliki growth mindset cenderung menghindari tantangan, merasa cepat putus asa, dan kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat berdampak negatif pada prestasi akademik mereka dan mengurangi peluang mereka untuk sukses di masa depan.
"Pendidikan yang berkualitas tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan pola pikir siswa," tambahnya.
Prof. Cristy menekankan perlunya intervensi yang lebih besar dalam sistem pendidikan untuk mengembangkan growth mindset di kalangan siswa. Program-program pendidikan yang fokus pada pengembangan pola pikir ini harus diperkenalkan di sekolah-sekolah, baik melalui kurikulum formal maupun kegiatan ekstrakurikuler.
"Kita perlu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, di mana siswa merasa aman untuk mencoba, gagal, dan belajar dari pengalaman mereka," jelasnya.
Orang tua dan guru memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pola pikir siswa. Dukungan emosional, penguatan positif, dan pendekatan yang mendorong eksplorasi dan pembelajaran dari kesalahan dapat membantu siswa mengembangkan growth mindset.
"Kita perlu melibatkan orang tua dalam proses pendidikan, agar mereka dapat mendukung anak-anak mereka di rumah dengan cara yang sama," kata Prof. Cristy.
BACA JUGA:Belajar Lebih Efektif dengan MBTI: Temukan Metode yang Sesuai dengan Kepribadianmu
BACA JUGA:Beasiswa Full 3 Tahun Dengan Ikatan Kerja Perusahaan Multinasional di Politeknik Petrokimia Banten
Dengan hanya 29% siswa di Indonesia yang memiliki growth mindset, tantangan besar menanti kita dalam meningkatkan kualitas pendidikan di negara ini.
Melalui program-program yang tepat dan dukungan dari orang tua serta guru, diharapkan jumlah siswa dengan pola pikir berkembang dapat meningkat.
Hal ini tidak hanya akan meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi tantangan global dengan lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: