Ade Ubaidil, Sosok Dibalik Novel Best Seller Yuni
Ade Ubaidil, Penulis asal Cilegon, Banten.-Instagram @adeubaidil-
INFORADAR.ID – Film populer yang berlatar belakang di Banten berjudul Yuni, pernah menghebohkan dunia perfilman. Menceritakan berbagai permasalahan Perempuan hingga budaya patriarki, film Yuni berhasil mencuri perhatian.
Setelah berhasil difilmkan, kisah Yuni akhirnya dibukukan oleh penulis muda asal Banten. Novel Yuni yang ditulis oleh Ade Ubaidil, menjadi novel best seller pada tahun 2022.
Ade Ubaidil merupakan penulis muda asal Cilegon, Banten, yang berhasil membukukan berbagai macam tulisan. Pria kelahiran 2 April 1993 itu mulai menulis sejak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs). Saat itu, pria yang akrab disapa Ade, mulai mengabadikan kesehariannya di kelas yang ia tulis dalam sebuah binder.
Binder yang berisi kisah lucu teman-temannya itu, menjadi tempat rahasia bagi Ade. “Saya tulis tangan di binder dan tidak sembarang teman boleh membacanya, saya cukup selektif soal ini. Selain karena malu dan nggak pede, saya merasa binder saat itu tempat rahasia,” kata Ade Ubaidil.
BACA JUGA:Doom Spending, Tren Gen Z dan Milenial yang Bikin Miskin
BACA JUGA:Timnas Indonesia Siap Hadapi Bahrain: Agresivitas dan Kekompakan Jadi Kunci
Kegemarannya dalam menulis terus berlanjut. Setelah lulus Madrasah Aliyah (MA), Ade Ubaidil mencoba keberuntungan dengan mengikuti lomba puisi.
Alhasil, puisi yang ia kirim dinyatakan lolos seleksi dan berhasil dibukukan dalam sebuah antologi puisi.
Puisi tersebut menjadi tulisan pertama dari banyaknya tulisan yang berhasil dibukukan.
Dari kegemaran menulis, Ade Ubaidil sering mendapatkan berbagai penghargaan. Pada tahun 2017, Ade Ubaidil pernah menjadi salah satu penulis Emerging Ubud Writers and Readers Festival (UWRF). Tidak hanya itu, di tahun selanjutnya ia juga menjadi peserta terpilih Majelis Sastera Asia Tenggara pada kategori cerpen.
BACA JUGA:Bleach: Thousand-Year Blood War Bagian 3 Episode #2, Tanggal dan Waktu Rilis
BACA JUGA:Lima Jurus Rahasia Sukses Berbisnis dengan Modal Pas-pasan
Selain cerita fiksi seperti novel, puisi, cerpen, webseries, naskah skenario film pendek, ia juga menulis berbagai jenis tulisan, seperti esai, resensi buku, teks iklan, penerjemah bahasa daerah, buku biografi dan lainnya.
Perjalanan menulis Ade Ubaidilah tak berjalan mulus begitu saja. Saat dirinya tak ada semangat dalam menulis, Ade seringkali menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan yang masih berkaitan dengan kepenulisan, seperti membaca buku hingga menonton film.
Biasanya, Ade Ubaidil mendapatkan berbagai ide, dari hal-hal kecil, seperti mengamati perilaku manusia. Ia mengaku, semakin mengenal seseorang dengan cara memperhatikannya, maka semakin mudah bagi dirinya mendapatkan ide tulisan. “Bagi saya menulis adalah perihal kecakapan kita dalam menangkap momen yang ingin kita abadikan,” ungkapnya.
Dari kesenangannya dalam menonton film, mendorong Ade Ubaidil untuk melanjutkan Pendidikan Tingkat Pascasarjana dengan jurusan Scriptwriting & Copywriting di Universitas Kristen Petra. Setelah menjajal berbagai macam jenis tulisan, dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Ade ingin melibatkan dirinya sebagai penulis skenario film yang bisa dinikmati oleh banyak orang.
BACA JUGA:Berliana Kimberly, Penulis Novel Laut Tengah yang Terinspirasi Dari Kisahnya
BACA JUGA:Berdasarkan Kisah Nyata Penulis, Berikut Sinopsis Film Rumah Dinas Bapak yang Dibintangi Komika
Genre drama keluarga atau percintaan masih menjadi top of mind yang ingin ia tulis menjadi naskah film. “Saya senang mendengarkan dialog-dialog yang intens dalam film yang tidak dipusingkan dengan setting lokasi yang megah, action yang heboh,” kata Ade Ubaidil.
Kini, penulis novel best seller berjudul Yuni sekaligus editor lepas, tengah menyelesaikan beberapa tulisan, seperti novel, skenario hingga esai personal. Kesuksesan Ade Ubaidil dalam menulis tentunya karena semangat dan ketekunannya mendalami dunia kepenulisan.
Ade juga berpesan kepada para penulis pemula untuk terus mencoba hal-hal positif yang ingin dilakukan. Kecanggihan teknologi bisa dimanfaatkan untuk terus belajar dan melatih keterampilan. Namun, ia menyarankan untuk tetap mencari guru sebagai seseorang yang bisa mengarahkan.
“Jangan banyak pertimbangan selama apa yang akan kamu lakukan itu sesuatu yang tidak merugikan orang lain,” pesannya.
BACA JUGA:Dikenal Rendah Hati, Beginilah Pandangan Penulis Muda Cilegon Ade Ubaidil Tentang Joko Pinurbo
BACA JUGA:Gak Cuma Dua Garis Biru, Ini 4 Film Karya Terbaik Penulis Film Gina S. Noer
“Kita hidup di era ketika panggung bisa kita ciptakan sendiri. Manfaatkan media sosialmu karena jika kita konsisten berkarya, uang itu mudah datangnya,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: