Bikin Heboh, Efek Samping Vaksin Covid Astrazeneca di Tubuh

Bikin Heboh, Efek Samping Vaksin Covid Astrazeneca di Tubuh

Nakes menunjukkan salah satu vaksin covid-19.--

INFORADAR.ID - Dalam beberapa bulan terakhir, banyak negara di seluruh dunia termasuk di Indonesia telah mengalami lonjakan kasus efek samping terkait vaksin COVID-19 AstraZeneca

Meskipun vaksin tersebut telah terbukti efektif melindungi individu dari infeksi virus corona, beberapa efek samping telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan peneliti kesehatan.

Indonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19. Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Setelah surveilans aktif selesai, Komnas KIPI tetap melakukan surveilans pasif hingga hari ini. Berdasarkan laporan yang masuk, tidak ditemukan laporan kasus TTS.

TTS merupakan penyakit yang menyebabkan penderita mengalami pembekuan darah serta trombosit darah yang rendah. Kasusnya sangat jarang terjadi di masyarakat, tapi bisa menyebabkan gejala yang serius.

Seperti dikatakan Prof. Hinky Hindra Irawan Satari sebagai Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) dikutip berdasarkan surveilans aktif dan pasif yang sampai saat ini masih dilakukan oleh Komnas KIPI. 

Dia mengatakan, tidak ada kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia atau thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) setelah pemakaian vaksin COVID-19 AstraZeneca di Indonesia. 

“Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) bila ditemukan penyakit atau gejala antara 4 sampai 42 hari setelah vaksin disuntikkan. Kalaupun saat ini ditemukan kasus TTS di Indonesia, ya pasti bukan karena vaksin COVID-19 karena sudah lewat rentang waktu kejadianya,” jelas Prof Hinky.

Meskipun ada kekhawatiran tentang efek samping vaksin AstraZeneca, para ahli kesehatan tetap menekankan bahwa manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya. Vaksinasi tetap menjadi salah satu alat terpenting dalam melawan pandemi COVID-19, dan upaya terus dilakukan untuk memantau dan memahami lebih baik efek samping yang terkait dengan vaksin ini. 

“Namanya trombosis, pembuluh darah membeku. Kalau terjadi di otak muncul gejala pusing, di saluran cerna mual, di kaki pegel. Kalau jumlah trombositnya menurun, ada perdarahan, biru biru di tempat suntikan, ya, itu terjadi, tapi 4-42 hari setelah vaksin. Kalau sekarang terjadi, ya, kemungkinan besar terjadi karena penyebab lain, bukan karena vaksin,” kata Prof Hinky.

Masyarakat juga masih bisa melaporkan kejadian pasca-imunisasi atau KIPI kepada Komnas KIPI melalui puskesmas terdekat. 

“Puskesmas sudah terlatih, akan dilakukan investigasi, anamnesis, dan rujukan ke RS untuk akhirnya dikaji Pokja KIPI dan dikeluarkan rekomendasi berdasarkan bukti yang ada,” jelasnya. (*)

 

Penulis : Fitri Novitasari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: