Indies Pedestrian, Wisata Sejarah yang Menelusuri 17 Jejak Bangunan Kolonialisme Belanda di Rangkasbitung
Peserta Indies Pedestrian saat menelusuri jejak bangunan masa kolonialisme di kota Rangkasbitung.-Foto : Nurandi-
LEBAK, INFORADAR.ID - Lebak merupakan salah satu wilayah penting pada zaman kolonialisme Belanda. Karena itu, di Rangasbitung sebagai ibukota Lebak terdapat bangunan bersejarah, seperti pabrik minyak, water toren, dan rumah Multatuli, yang dijadikan sebagai wisata sejarah
Keindahan jejak bangunan tersebut hingga kini masih masih dilihat dan dikunjungi. Untuk melihat keindahan bangunan tersebut, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah VII menggelar kegiatan bertajuk Indies Pedestrian, yang bermakna telusur jejak kota dan sejarah di Rangkasbitung, Sabtu (23/9).
Ketua Panitia Indies Pedestrian Ginandar menjelaskan, kegiatan tersebut digelar guna memperkenalkan sejarah dan keindahan bangunan cagar budaya atau bangunan bersejarah yang ada di Rangkasbitung kepada anak-anak muda agar bisa memahami dan mengetahui tentang bangunan bersejarah.
"Kegiatan ini dilaksanakan sehari penuh dengan rangkaian acara yang cukup padat, di antaranya telusur kota Rangkasbitung, diskusi sejarah, sharing informasi dan ditutup dengan bermalam di Museum Multatuli," katanya.
Ginandar menjelaskan, pada kegiatan itu para peserta dibekali literatur dan bahan informasi mengenai sejarah gedung-gedung yang ada di kota Rangkasbitung.
Dalam kegiatan Indies Pedestrian, peserta diajak menelusuri jalan protokol di Rangkasbitung, sambil diperkenalkan mengenai sejarah bangunan yang berada di sekitar jalan tersebut.
Total bangunan yang masuk dalam rute kegiatan Indies Pedestrian sebanyak 17 gedung. Meliputi eks Kewedanaan Rangkasbitung, kantor DPRD Kabupaten Lebak, Rumah Dinas Bupati Lebak, eks Rumah Dinas Asisten Residen, Holland-Inlandsche School atau SMP 1 Rangkasbitung, Gereja Santa Maria Tak Bernoda, Gereja Kristen Pasundan, eks rumah pegawai PJKA, Gedung Pasturan, Eka Fabricken Mix Oil, Kantor PLN Rayon rangkasbitung, eks rumah Raden Demang Sastrawiguna, rumah Kapolres Lebak, rumah Soetadisastra, Water Toren te Rangkasbitung, bekas kantor Pengadilan Negeri Rangkasbitung, dan Kewadaan Rangkasbitung.
Teguh Setiawan, pemerhati sejarah, mengatakan bahwa kegiatan Indies Pedestrian merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat dalam mengenalkan sejarah bangunan cagar budaya dan sejarah kota Rangkasbitung.
"Saya menyambut baik dan mengapresiasi positif kegiatan Indies Pedestrian. Konsep kegiatannya sangat bagus dan kreatif sehingga para peserta bisa mengenal sejarah kota Rangkasbitung. Saya berharap kegiatan ini bisa secara berkelanjutan dilaksanakan agar generasi muda bisa selalu mengenal sejarah daerahnya," pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: