Esensi Bulan Maulid Nabi Muhammad SAW Bagi Ummat Islam Indonesia

Esensi Bulan Maulid Nabi Muhammad SAW Bagi Ummat Islam Indonesia

Taufik Hidayatullah-Dokumentasi-

INFORADAR.ID - Maulid atau biasa kita kenal dengan mulud merupakan tradisi yang sudah amat melekat dalam diri ummat Islam Indonesia yang mayoritas di huni ummat Islam. Sebagaimana kita ketahui isi daripada maulid itu sendiri berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan sejarah hidup Nabi Muhammad SAW. Sebut saja seperti kehidupan keseharian nabi Muhammad SAW seperti cara makannya, minumnya hingga posisi tidurnya. Sebut saja contohnya cara tidurnya Nabi muhammad SAW yang disunahkan menghadap kiblat serta miring ke arah kanan. 

Hal sedemikian rupa merupakan sunah-sunah yang mesti ummat Islam ketahui agar ummat mengenal nabinya. Maulid yang dilakukan di bulan Rabiul Awwal tidak hanya di lakukan di Indonesia saja, namun dilakukan di seluruh penjuru dunia Islam. Namun, Ummat Islam Indonesia punya cara-cara tersendiri dalam merayakanya, ada yang perayaanya di barengi dengan santunan anak yatim piatu hingga fakir miskin. Bahkan perayaan maulid juga terkadang di sisi dengan khitanan massal. Tentu hal sedemikian rupa menjadikan bulan maulid tidak hanya berbicara perihal sejarah nabi, sunnah-sunnah nabi Muhammad SAW hingga pola hidupnya. Namun nyatanya peringatan maulid sudah menyeret-nyeret ke arah kegiatan sosial yang amat positif.

Di sisi lain, ada sebagian kalangan yang menganggap maulid merupakan perkara bid’ah, bahkan tak jarang membawakan dalil-dalil keagamaan untuk menggerus bahwasanya perbuatan maulid merupakan perbuatan yang baru serta tidak pernah diajarkan Nabi muhammad SAW. Bahkan mereka membawakan dalil, sebut saja, kullu bid’atin dhalalatun wa kullu dhalalatun fi annar. Nah banyak yang mengartikan lafal kullu (semua). Artinya semua perkara baru dalam agama merupakan perkara yang bid’ah dikarenakan tidak pernah diajarkan Nabi Muhammad SAW. 

BACA JUGA:Keyakinan Spiritual Dibalik Ziarah Banten

Namun, nyatanya ada perkara yang baru yang dilakukan sahabat Nabi Muhammad SAW seperti adzan dua kali dalam panggilan sholat Jum’at hingga melaksanakan sholat tarawih secara berjamaah, bahkan Umar bin Khattab mengatakan bahwasanya shalat tarawih secara berjamaah merupakan nikmatu bid’ah(inilah sebaik-baiknya nikmat bid’ah). Jadi dalam hal ini, kalimat kullu dalam hadis tersebut tidak bermakna semuanya, Namun sebagian, contoh dalam al-Qur’an sendiri terdapat lafal wa uutiyat minhu kulla syain bahwasanya Ratu Bilqis diberikan segala sesutu. Namun faktanya Ratu Bilqis tidak memiliki kerajaan milik nabi Sulaeman. Jadi lafal kullu  tersebut bukan berarti semua hal yang tidak pernah dilakukan nabi Muhammad SAW merupakan perkara bid’ah. 

Dikarenakan bid’ah sendiri terbagi menjadi dua. Yaitu bid’ah hasanah dan juga bida’ah sayyiah. contoh daripada bid’ah hasanah yaitu seperti Yasinan secara berjamaah, maulid nabi Muhammad SAW hingga perkara-perkara lainya selama tidak bertentangan dengan agama Islam. Sementara itu, bid’ah sayyiah ialah perkara baru yang bertentangan dengan syariat Islam contohnya sholat shubuh ditambah jumlah rakaatnya menjadi empat rakaat, yang mana sudah sama-sama kita ketahui bahwasanya jumlah rakaat dalam sholat shubuh ialah dua rakaat bukan emapat rakaat. Nah hal-hal sedemikian rupalah yang terkategorisasi bid’ah sayyiah. 

Perkara maulid Nabi Muhammad SAW merupakan perkara urf(tradisi) yang mana tidak sama sekali bertentangan atau bertolak belakang dengan ushuluddin atau akidah ummat Islam sehingga hukum perayaan maulid Nabi Muhammad SAW pada setiap bulan Maulid merupakan perkara mubah(boleh). Olehkarenanya dibolehakan bagi ummat Islam Indonesia untuk merayakanya dalam rangka mengagungkan serta meneladani sifat serta tabiat berikut muru’ah daripada baginda Nabi Muhammad SAW. Wallahua’lam. (Taufik Hidayatullah, Penulis Tanwir.id)

BACA JUGA:3 Ulama Paku Bumi Banten, Penangkal Malapetaka Tanah Banten

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: