Batu Malin Kundang di Kota Padang, Hikmah Legenda Cerita Rakyat Sumbar yang Menjadi Pengingat Bagi Anak Rantau

Batu Malin Kundang di Kota Padang, Hikmah Legenda Cerita Rakyat Sumbar yang Menjadi Pengingat Bagi Anak Rantau

Mahasiswa Kelompok 5 PMM 3 Unand Belajar Hikmah dari Kisah Malin Kundang di Pantai Air Manis Kota Padang -Kelompok 5- PMM 3 Unand

INFORADAR.ID - Kisah Malin Kundang seringkali dijadikan dongeng oleh orang tua kita zaman dahulu ketika ingin menidurkan anaknya, hingga dijadikan sebagai peringatan bagi anak-anak kecil zaman dahulu agar tidak berbuat durhaka kepada ibunya.

Mungkin diantara kita saat masih kecil pernah disuruh oleh ibu kita untuk melakukan hal kebaikan, namun acap kali kita sering membantah perintahnya, seketika kita membantah perintah ibu kita maka biasanya ibu kita langsung menakuti kita dengan ancaman kutukan menjadi batu seperti Malin Kundang.

Cerita Malin Kundang ini berasal dari legenda cerita rakyat Sumatra Barat yang sebenarnya masih menjadi misteri hingga saat ini tentang keaslian dari cerita tersebut.

Terlepas dari misteri fakta tentang kebenaran cerita tersebut, cerita rakyat Malin Kundang ini juga menjadi peringatan keras bagi anak perantau yang jauh dari keluarga nya entah itu untuk mencari ilmu yang jauh hingga mencari nafkah untuk keluarga dan orang tua nya di kampung halaman.

BACA JUGA:Mengenal Sejarah Minangkabau di Museum Adityawarman Kota Padang

Kisah Malin Kundang ini memiliki hikmah yang sangat berarti bagi para anak-anak yang merantau agar tidak melupakan tanah kelahiran nya atau kampung halaman nya khusus nya orang tua kita yang sudah melahirkan dan membesarkan kita.

Ketika kita sudah menjadi orang sukses, maka janganlah sekali-kali melupakan kampung halaman kita karena disana ada orang tua kita yang menunggu kepulangan kita semua. Perantau yang seperti diatas bisa dianggap seperti melupakan sosok ibu kandung nya, mereka akan dianggap sebagai anak durhaka yang seolah-olah melupakan asal-usulnya.

Kisah Singkat Malin Kundang

Kisah Malin Kundang dimulai ketika seorang janda bernama Mande Rubayah dan anak lelakinya, Malin Kundang, tinggal di sebuah desa di selatan kota Padang, Sumatera Barat. Mereka hidup dalam kemiskinan, dan Mande bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan anaknya, karena ayah Malin telah meninggal saat ia masih kecil.

Selama masa kecilnya, Malin Kundang tumbuh dalam kasih sayang ibunya, yang membuatnya bahagia dan dapat menikmati pendidikan. Namun, keadaan mereka tidak berubah seiring berjalannya waktu, dan mereka tetap miskin.

Melihat situasi ini, Malin Kundang yang telah dewasa memutuskan untuk meminta izin untuk merantau setelah melihat kapal besar berlabuh di dekat desanya. Dia berharap dapat menemukan peluang pekerjaan. Awalnya, Mande ragu memberikan izin kepada Malin untuk pergi, tetapi akhirnya dia mengizinkannya karena melihat tekad besar anaknya.

Malin berlayar ke sebuah kota dan bekerja keras di sana. Dengan tekunnya bekerja, dia akhirnya menjadi seorang saudagar kaya dan menikah. Meskipun sudah memiliki keluarga sendiri, Malin tidak pernah kembali ke kampung halamannya.

Sementara itu, Mande, yang semakin renta, terus menanti kepulangan Malin. Suatu hari, dia mendengar kabar tentang sebuah kapal yang bersandar, dan dengan sukacita melihat sosok anak yang sangat dirindukan.

Mande ingin memeluknya, tetapi istri Malin terkejut dengan penampilan Mande yang berantakan. Istri Malin curiga apakah wanita tua itu benar-benar mertuanya, karena Malin selama ini mengklaim dirinya sebagai anak seorang konglomerat di desa mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: