Perajin Gerabah Bumijaya makin Sulit Pasarkan Produknya

Perajin Gerabah Bumijaya makin Sulit Pasarkan Produknya

Suhaimi (paling kiri) di rumahnya Kampung Jambu Alas, Desa Bumijaya, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang. Foto: M Widodo/Radar Banten--

Caranya para perajin gerabah dari Bali membeli tanah liat kepada perorangan. Kemudian diangkut dengan menggunakan truk fuso atau kontainer. 

Namun belakangan ini, para perajin gerabah di Bumijaya bersatu untuk melarang pengiriman tanah liat itu. Sehingga setiap ada kontainer yang dicurigai mengangkut tanah liat dari Bumijaya dilarang beramai-ramai. 

BANYAK MOTIF 

Seorang perajin gerabah di Kampung Jambu Alas, Bumijaya bernama Suhaimi mengaku pemasaran produknya masih di seputaran pasar lokal. 

Suhaimi yang merupakan generasi keempat perajin gerabah ini memproduksi bermacam-macam jenis gerabah. Mulai dari gentong ukir khas Banten, pot bunga majapahit dan kap lampu. "Gentong ukir ini bervariasi. Ada yang tingginya 50 senti hingga 3 meter. Sesuai dengan pesanan," kata Suhaimi yang sebagian rambutnya mulai memutih ini. 

Kemudian pot jenis majapahit juga bervariasi. Ada yang besar, sedang dan kecil. "Nah pot majapahit yang besar itu harganya 300 ribu," kata Suhaimi sambil menunjuk pot majapahit berukuran besar setinggi paha orang dewasa. 

Menurut Suhaimi, produksi gerabah di Bumijaya berada di Kampung Kosambi. "Jadi Desa Bumijaya ini ada 10 RT. Hanya 1 RT yang tidak memproduksi," pungkas Suhaimi. 

 

Editor: M Widodo

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: