Elegi Kasih Ibu
--
“Sudah berapa bulan?”
“Sudah bulannya teh, perkiraan bulan Oktober lahirnya ”
“Oh gitu, semoga lancar persalinannya ya neng”
“Aamiin”
***
Hari demi hari telah terlewati, Oktoberpun tiba. Detik-detik akan hadir malaikat kecil yang ditunggu oleh Rindu. Suami siaga selalu disamping untuk menguatkan. Sementara anak-anak Rindu bersama dengan Neneknya. Kemudian Rindu akan masuk ruang bersalin. Rasa cemas, menahan sakit mulai mengitari pinggang dan sekujur tubuh, wajahpun pucat, terdengar rintihan serta airmata yang tak kuasa mengalir dengan sendirinya. Mencoba tegar, karena disana ada suami yang selalu ada untuk terus menguatkan.
Akhirnya, rasa yang bercampur aduk menggelayutpun mulai berada dititik antiklimaks. beberapa jam kemudian suara tangisan melengking dari ruang bersalin. Pukul 10.50 WIB, Seonggok daging berbobot 2,8 telah hadir ke dunia, berjenis kelamin laki-laki. “Alhamdulillah, lega rasanya” ujar suami. Namun sayang, Rindu masih lemas dan harus di infus beberapa hari di RS.
Sebulan kemudian pasca melahirkan. Rindu kembali dirawat di rumah sakit. Nayapun mencoba chat dan bertanya “Kenapa neng?”
“Rindu kena paru-paru teh”
“Astagfirulloh, bukannya dulu sudah sembuh waktu habis lahiran anak ke-2?”
“Iya teh, ini kumat lagi dan air ketubannya merembas ke paru-paru dan harus disedot dengan alat”
Ternyata yang membalas Chat selama ini bukan Rindu melainkan suaminya. Rindu berpesan agar selalu mengabarkan sepupunya yang berada di Cilegon. Rindu masuk ruang ICU dan memberi kabar kepada Naya.
“Teh, bantu doa dari keluarga di Cilegon, Rindu kritis sedang dibantu alat”
“Astagfirulloh, kami semua mendoakan Neng Rindu, doa terbaik untuknya”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: