Brigita Manohara Bagikan Tips dan Pengalaman Menjadi News Anchor di PJB 2025
Brigita Manohara membagikan pengalamannya pada Pelatihan Jurnalistik dan Broadcasting yang diadakan oleh LPM SiGMA--Dokumentasi milik LPM SiGMA
INFORADAR.ID – Pelatihan Jurnalistik dan Broadcasting atau PJB 2025 yang digelar oleh Lembaga Pers Mahasiswa atau LPM SiGMA UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, menghadirkan pembicara spesial yang telah malang melintang di industri media nasional. Adalah Brigita Manohara, seorang news anchor kenamaan dari tvOne, yang membagikan pengalamannya di hadapan peserta pelatihan, pada Minggu, 25 Mei 2025.
Dalam pemaparannya, Brigita menggarisbawahi pentingnya memiliki keterampilan jurnalistik dan komunikasi, terlepas dari apapun profesi yang dijalani. Menurutnya, meski seseorang telah bekerja di perusahaan mapan, keterampilan yang diperoleh dari pelatihan seperti PJB tetap dapat menunjang karier mereka di masa depan.
"Skill yang teman-teman pelajari dari pelatihan ini akan sangat berguna, meskipun nanti tidak bekerja di media. Dunia kerja sangat dinamis, dan kemampuan komunikasi serta berpikir kritis adalah bekal yang tidak pernah sia-sia," ujar Brigita.
Brigita juga menjelaskan perbedaan antara news anchor, news presenter, dan reporter, tiga peran yang kerap disalahartikan oleh publik. Ia menekankan bahwa reporter merupakan posisi awal yang biasa dijalani oleh jurnalis sebelum akhirnya naik menjadi presenter atau anchor.
“Seorang reporter itu melaporkan langsung dari lapangan, menyusun berita, dan menggali informasi dari narasumber. News presenter biasanya hanya membaca naskah berita di studio. Sedangkan news anchor lebih dari sekadar membaca berita tetapi juga harus memahami isu secara mendalam, membangun trust dengan pemirsa, dan kadang ikut menentukan arah redaksi,” jelasnya.
BACA JUGA:Kartu Berlangganan Whoosh Laku Keras, Ini Rincian dan Keuntungannya
BACA JUGA:Disway Cup 2025 Kembali Digelar
Ia menekankan bahwa untuk menjadi news anchor profesional, seseorang perlu menguasai berbagai keterampilan esensial seperti public speaking, kemampuan mendengar secara aktif atau listening skills, berpikir objektif, dan mampu membuat keputusan cepat dalam situasi tekanan tinggi. Selain itu, penting pula untuk memiliki jaringan luas atau network, memahami teknologi media terkini, serta aktif dalam media sosial.
“Public speaking bukan hanya soal bicara di depan umum. Kita juga harus bisa membaca gestur tubuh lawan bicara, menyampaikan emosi dengan tepat, dan membangun koneksi dengan audiens melalui layar. Ini penting agar penonton merasa kita benar-benar menyuarakan apa yang mereka pikirkan,” ungkapnya.
Sebagai jurnalis senior, Brigita tidak menutup-nutupi realitas di industri media. Ia mengakui bahwa idealisme sering kali bertentangan dengan kondisi ekonomi di lapangan. Oleh karena itu, ia menyarankan kepada para peserta agar membangun jejaring sebanyak-banyaknya selama masa pelatihan dan perkuliahan.
“Kerja di media itu menuntut idealisme tinggi, tapi kita juga tidak bisa memungkiri realitas finansial. Bangunlah relasi sejak dini, jadi ketika kalian tidak lagi bekerja di media, kalian masih memiliki jejaring yang kuat untuk melanjutkan karier di bidang lain,” katanya.
Selain membahas tentang peran news anchor secara umum, Brigita juga memberikan tips teknis dalam membaca berita di televisi. Beberapa aspek yang harus diperhatikan antara lain artikulasi yang jelas, intonasi yang sesuai, tempo pembacaan yang stabil, serta volume suara yang cukup untuk menyampaikan emosi dan makna dari setiap berita.
BACA JUGA:THM di Serang Terancam Dibongkar! Berapa Jumlah yang Masih Bertahan?
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
